Rabu, 26 September 2012

wisuda

Ditengah padang luas lapang terbentang , deru debu dan harapan berterbangan , ditengah terik matahari bulan September yang memanggang , kami tetap bertahan , menyaksikan wisuda Taruna - Taruni Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan ( ATKP )  Maccopa - Makassar tahun 2012 . Semoga jalan luas lapang terbentang di depan , walau tetap banyak kerikil- kerikil tajam yang siap menghadang dan menggelincirkan , tetaplah teguh , kukuh untuk berjuang , meraih masa depan yang di cita - citakan , menjadi dambaan dan kebanggan Keluarga , Negara dan Agama .Amin.

Minggu, 23 September 2012

The Last and At Last..!

Rekonsiliasi terakhir , sebelum akhirnya betul - betul rest in place ( alias DRS , di rumah saja ) alias pension ... Hotel Singhasari Resort , Beji , Batu - Malang19 Sept 2012.

Selasa, 04 September 2012

Yuk Dzikir !



Zikir (atau Dzikir) artinya mengingat Allah di antaranya dengan menyebut dan memuji nama Allah. Zikir adalah satu kewajiban. Dalilnya adalah:
"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya." [QS Al Ahzab 33:41]
Tidak berzikir akan mengakibatkan seseorang jadi orang yang rugi.
"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi." [QS Al Munaafiquun 63:9]
Allah mengingat orang yang mengingatNya.
“Karena itu, ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” [Al Baqarah:152]
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." [QS Ali 'Imran 3:190-191]
Dengan berzikir hati menjadi tenteram.
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." [QS 13:28]
Di antara zikir yang utama adalah Laa ilaaha illallahu (Tidak ada Tuhan selain Allah)
"Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: 'Zikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallahu" [HR Turmudzi]
‘Rasulullah bersabda : ‘Sesungguhnya aku berkata bahwa kalimat : ‘Subhanallah, wal hamdulillah, wa Laa Ilaaha Illallah, wallahu akbar’ (Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Allah Maha Besar) itu lebih kusukai daripada apa yang dibawa oleh matahari terbit.’ (HR Bukhari dan Muslim)
Zikir memiliki pengaruh yang kuat terhadap kecemerlangan cahaya batin. Hati yang selalu terisi dengan Cahaya Zikir akan memancarkan Nur Allah dan keberadaannya akan mempengaruhi perilaku yang serba positif.
Kebiasaan melakukan zikir dengan baik dan benar akan menimbulkan ketentraman hati dan menumbuhkan sifat ikhlas. Hikmah zikir amatlah besar bagi orang yang ingin membangkitkan kekuatan indera keenamnya ( batin ). Ditinjau dari sisi ibadah, zikir merupakan latihan menuju Ikhlasnya hati dan Istiqomah dalam berkomunikasi dengan Al Khaliq ( Sang Pencipta ).
Ditinjau dari sisi kekuatan batin, zikir merupakan metode membentuk dan memperkuat Niat Hati, sehingga dengan izin Allah SWT, apa yang terdapat dalam hati, itu pula yang akan dikabulkan oleh Allah SWT. Dengan kata lain, zikir memiliki beberapa manfaat, diantaranya : Membentuk, Memperkuat Kehendak, Mempertajam Batin, sekaligus bernilai Ibadah.
Dengan zikir berarti membersihkan dinding kaca batin, ibarat sebuah bohlam lampu yang tertutup kaca yang kotor, meyebabkan cahaya-sinarnya tidak muncul keluar secara maksimal. Melalui zikir, berarti membersihkan kotoran yang melekat sehingga kaca menjadi bersih dan cahaya-sinarnya bisa memancar keluar.
Sampai disini mungkin timbul suatu pertanyaan. Apakah zikir memiliki pengaruh terhadap kekuatan batin ? untuk menjawab pertanyaan ini, kiranya perlu diketahui bahwa hal tersebut merupakan bagian dari karunia Allah SWT.
Dalam sebuah Hadist. Bahwa dengan selalu mengingat Allah menyebabkan Allah membalas ingat kepada seorang hamba-Nya ” Aku selalu menyertai dan membantunya, selama ia mengingat Aku ” karena itu, agar Allah senantiasa mengingat Anda, perbanyaklah mengingat-Nya dengan selalu berzikir. Ayo biasakan Zikir...


Senin, 03 September 2012

Himah Nuzulul Qur'an



Hikmah Nuzulul Qur’an
Oleh : Dr.H.M. Roem Rowi,MA.
Al Qur'an secara riil baru turun dan diterima Rasulullah kurang lebih 15 abad yang lalu. Namun nilai, hikmah, dan mutiaranya telah hadir jauh sebelum itu, yaitu bersama kehadiran manusia itu sendiri di planet bumi ini. Hal itu disebabkan :
1.     Pertama
Kehadiran Al Qur'an memang semata-mata karena manusia untuk manusia dan hanya menggarap manusia. Meski akan dan pasti berimplikasi global lagi total. Manusia nyaris segala-galanya bagi Al Qur'an.
2.     Kedua
Al Qur'an, baik secara etimologi maupun terminologi adalah himpunan dan capita selecta, himpunan hikmah dan mutiara kebenaran ajaran yang pernah diturunkan oleh Al Khalik kepada setiap Nabi dan Rasul, sejak era Nabi Adam A.S. sampai dengan Nabi besar Muhammad SAW untuk menuntun dan membimbing umat manusia menuju suatu tujuan yang akan mampu mempertahankan harkat dan martabatnya yang teramat mulia lagi berkualitas membahagiakan dan mensejahterakannya serta menyelamatkannya dari hal-hal yang menyesatkannya; lagi menjatuhkannya dari derajat, harkat, dan martabatnya yang mulia dan sangat terhormat tersebut. Karenanya, untuk menunjukkan betapa penting dan vitalnya kehadiran Al Qur'an bagi manusia dan totalitas alam semesta, serta fatalnya akibat mengubah dan mengabaikannya, Allah sendiri perlu menegaskan jaminan kelestarian Al Qur'an dan otensitasnya (15:9). la dan nilainya akan tetap lestari dan abadi atas jaminanNya. Untuk memvisualisasikan nilai tambah produktifitas dan dampak positifnya terhadap manusia dan jagad raya, digambarkan bahwa malam Qodar yang bertepatan denga turunnya Al Qur'an dan bersentuhan dengannya, mendapatkan percikan nilai tambah (berkah) dari padanya sehingga melampaui dan memecahkan rekor nilai ibadah dan berjihad selama 1.000 bulan (kurang lebih 83,33 tahun) secara terus menerus (97 : 1-5).
Tentu ini berarti pula, bahwa setiap muslim siapapun manusianya mampu membuat dirinya lebih bernilai daripada ribuan atau jutaan orang manusia lainnya, asal ia siap mendapatkan sentuhan-sentuhan Al Qur'an dalam segala aspek kehidupannya. lapun bisa lebih hebat dari nilai malam Qadar itu sendiri, manakala ia telah berinteraksi positif dengan nilai-nilai Al Qur'an. Kiranya iapun harus terpacu untuk menjadikan dirinya manusia yang lebih menekankan kualitas dan produktifitas, daripada sekedar puas dengan kuantitas.
Dalam banyak ayat, Al-Qur'an menegaskan pengakuannya akan potensi dan keunggulan-keunggulan yang diberikan dan diamanatkan kepada mahluk yang bernama manusia, yaitu:
1.     la dimuliakan dan diistimewakan di atas segenap mahluk yang lain dengan kemampuanmenjelajahi dan mengeksploitasi segala penjuru jagad raya (17:70).
2.     la dipercaya sebagai Khalifah dan mandataris-Nya di bumi karena kemampuannya menyerap dan mengembangkan IP-TEK (2 :30-31 :165).
3.     Karenanya pula malaikat, mahluk yang lebih suci, itupun diperintahkan untuk sujud dan hormat kepadanya (2:34).
4.     Diciptakan-Nya dalam bentuk dan struktur yang paling baik, lengkap dan sempurna (95:5).
5.     Ditundukkannya seluruh jagad raya untuk mengabdi kepada kepentingannya (31:21, 45:13, 14:32-34).
6.     Dibekalinya dengan sarana pengindera, kekuatan akal sebagai pengendali, otak dan nalar sebagai daya cipta, perasaan dan kalbu sebagai referensi dan timbang rasa nafsu dan keinginan sebagai motor pendorong dan dinamika (16:78).
7.     Dibekalinya dengan potensi dan kecenderungan bertauhid sebagai fitrahnya (30:30, 7:172-173).
8.     Iapun bebas memilih, menentukan dan memutuskan setelah Allah memilah dan menunjukkan (18:29,76:3,2:256). Dalam konteks ini memilih kufur sekalipun dipersilahkan.
Di sisi lain Al-Qur'an mengingatkan manusia akan berbagai keterbatasan, kelemahan, dan kekerdilannya yang menjadi kendalanya bahkan tidak jarang pula menjerumuskannya dan membinasakannya,antara lain :
1.     Kecenderungan melampaui batas dan mengambil jalan pintas, lebih-lebih bila telah merasa cukup ilmu dan segala sarana yang mendukungnya (96:6-7, 28:78).
2.     Kecerobohan, ketergesaan dan kejahilannya (17:11, 33:72).
3.     Kekufuran clan kecilnya keterbukaan untuk secara satria menerima kebesaran tuntutan Tuhannya (17:89,25:50,14:34, 100:6), dan mengakui kesalahannya.
4.     Rawan dan lemahnya daya tahan mental spiritual dalam menghadapi berbagai tantangan dan ujian kehidupan (70:19-22, 17:83).
5.     Kecenderungan yang cukup berlebihan dan serakah kepada dunia, materi serta lalai akan tanggung jawab akhirat (75:20-21, 85:16-17, 89:19-20, 100:8).
6.     Keterbatasan kemampuan fisik, termasuk akal fikiran dan masih banyak lagi kelemahan lain yang sering tidak disadarinya (4:28, 8:66, 30:54).
Karena kelemahan-kelemahan dan keterbatasan-keterbatasan yang jauh lebih banyak daripada keunggulan-keunggulan yang dimiliki manusia itulah Al Qur'an senantiasa mengingatkan agar selalu sadar bahwa keunggulan dan supremasi yang dia miliki itu bukan jaminan baginya untuk tetap unggul, bahkan bisa jadi sebaliknya suatu yang inheren pada dirinya. Kesemuanya itu sekedar amanat dan pinjaman, bukan anugerah ataupun pemberian, manusia selalu dituntun-Nya untuk menyadari, meyakini, dan mengatakan : "Tiada daya atau kekuatan apapun kecuali dengan kekuatan (pinjaman) Allah Yang Maha Agung".
Kejatuhan Adam meski dengan keunggulan IPTEKnya harus menjadi pelajaran sepanjang masa bagi umat manusia, anak turun Adam yang tidak boleh terulang kembali. Pelajaran tersebut antara lain .
1.     IPTEK tanpa dipadu oleh IMTAQ hanya akan menambah keserakahan dan kecongkakan yang akan mengantarkan umat manusia pada malapetaka dan kehancuran.
2.     Demikian halnya pelanggaran,penyimpangan, dan mengabaikan garis yang telah ditetapkan oleh Allah yang Maha Penentu
3.     Sebaliknya, bencana dan lapetaka muncul akibat penyimpangan terhdapa ketentuan dan ketetapan-Nya dan sekaligus sebagai andokator kuat bahwa sunnah dan ajarannya tidak berjalan sebagaimana mestinya
4.     Qorun dengan keserakahan dan kecongkakan intelektualnya juga berakhir sebagai akibat dari ucapannya "Segala kekayaan itu kudapatkan hanya semata-mata karena ilmu pengetahuan”(28:78).
Karenanya sangat dimungkinkan bahwa keunggulan dan supremasi, manusia itu,justru akan menjadikannya sebagai makhluk yang paling rendah kualitas dan derajatnya "Kemudian Kami jungkirbaiikkan ke derajat yang paling rendah" (95:5). Bahkan bisa lebih rendah dan lebih brutal dari binatang sekalipun (7:179, 25:44). Manusia hanya akan mampu mempertahankan kodrat dan martabatnya yang super bila mampu mengintegrasikan antara IMTAQ, IPTEK & MORAL
"Kecuali mereka yang beriman dan shaleh (berama,baik)" (95:6),
"Allah (hanya) meninggikan derajat orang-.orang yang ber-MITAQ lagi ber-IPTEK (58:1I).
Kejatuhan manusia pasti akan terjadi manakala ia tidak mampu mengendalikan dirinya, nafsu dan ambisinya atau kalau justru ia yang dikendalikan oleh nafsunya. Hakekatnya, kita ini baru manusia dan hanya manusia selama kita mampu mcngendalikan, menguasa, dan mengerahkan diri kita secara utuh kepada yang haq Juga selama kita masih mau menjaga jarak antara kita dan dunia materi serta mampu pula menundukkan dan mengeksploitasi alam ini agar hanya untuk mengabdi kepada kepentingan kita, sebab Allah berfirman dalam suatu hadist Qudsi Artinya : "Wahai anak Adam! Aku ciptakan kamu hanya semala-mata untuk mengabdi kepadaKu. Sementara segalanya ini (alam) Aku ciptakan semata-mata agar mengabdi kepadamu. Maka jangan sekali-kali kamu disibukkan dan dininabobokan oleh segala hal yang seharusnya semata-mata hanya mengabdi untuk kepentinganmu, sehingga kamu lalai akctn dirimu yang semata-mata hanya untuk mengabdi kepada-Ku".
Karenanya, Allah akan membiarkan sesat orang-orang yang mempertuhankan dan diperbudak oleh hawa nafsunya, membiarkan mereka tertutup rapat pendengaran, akal dan penglihatan mereka, meskipun mereka itu orang berIPTEK dan cerdik cendekia (45:23).
Memang ayat pertama adalah perintah untuk membaca, mengamati, mengkaji, dan meneliti. Sungguh unik dan tiada duanya, apalagi objek yang harus dibaca dan diteliti sama sekali tidak dibatasi dan tidak ditentukan oleh Allah. Ini berarti bahwa apapun harus kita baca, kita teliti, dan kita kaji. Tersirat pula dalam redaksi tersebut bahwa Islam menempatkan ilmu di atas segala-galanya. Namun ayat yang sama mengingatkan kita bahwa objek kajian dan penelitian tersebut haruslah tetap dalam kerangka Rububiyah Allah Tuhan Penata dan Pemelihara alam semesta tidak boleh terputus dari padaNya. Karenanya Allah menyatakan: "Bacalah dengan nama Tuhanmu (Penata dan Pemelihara alam semesta) ".
A
l-Qur'an tidak melihat adanya pemisahan dan keterputusan antara ilmu apapun dengan peran dan keberadaan Tuhan di dalamnya. Kiranya mengkaji bidang/disiplin ilmu apapun, haruslah ditampakkan benang merah yang menghubungkan antara peran dan keberadaan Allah Al Khalik (rububiyah-Nya) dibalik ilmu tersebut. Tanpa adanya upaya untuk mengkolerasikan antara keduanya, pasti hanya akan menghasilkan ilmu dan ilmuwan yang sekuler dan dikhotomis, yang tidak dikenal oleh Al Qur'an maupun Islam, dan juga nyaris tidak mengenal Tuhannya. Akibat dari padanya pun agaknya sudah cukup lama kita rasakan dan cukup membuat manusia menderita.
Dalam aspek moralitas, tampak bahwa Al Qur'an pun menekankan adanya kesatuan yang utuh dan padu antara aqidah syariah dan ahlak/moral. Ahlak moral bukanlah suatu hal yang berdiri sendiri dan terpisah dalam ajaran Al Qur'an , dari yang lain.
Karenanya, bukanlah aqidah yang benar jika tidak menghasilkan ibadah yang benar pula. Tidaklah ada artinya yang tidak menghasilkan ahlak karimah (moral terpuji). Begitu juga yang tidak berasaskan aqidah dan syariat, bukanlah moral yang sebenarnya. Maka ahlak adalah jabaran praktis dari ibadah dan ibadah adalah jabaran konkrit dari aqidah.
Dalam konteks ini Al-Qur'an juga tidak hadir dengan teori-teori ahlak yang rumit dan pelik, lagi tidak membumi sebagai yang dihadirkan oleh para filosof. Al Qur'an hanya menunjukkanmana yang haq (benar) dan mana yang salah, disertai contoh konkrit dan praktis dengan menunjuk figur yang memperbuatnya sehingga menjadi lebih membumi praktis dan realistis. Bahkan seluruh nilainya telah teruji cobakan dalam sejarah perjalanan umat manusia. Praktek kehidupan Rasul adalah jabaran moral Al Qur'an, sedang Al Qur'an adalah gambaran tentang ahlak Rasul, sebagaimana jawaban Aisyah, istri beliau ketika ditanya tentang  itu : Artinya : 'Akhlak Rasulullah adalah Al Qur'an".
Agaknya masalah keteladanan adalah unsur yang sangat penting dan ditekankan. Al Qur'an juga hanya berorientasi pada yang benar bukan hanya baik, apalagi sekedar yang enak. Karenanya sejak lembar pertamanya Al Qur'an sudah menyatakan bahwa seluruh kandungannya bernilai pasti, benar, dan tidak sedikitpun yang meragukan (2:2). Dalam berpuluh-puluh ayat yang lain Al Qur'an memproklamirkan dirinya hanya untuk dengan kebenaran yang mutlak (haq) dan hanya bermuatan yang haq itu pula (a.l. 13:1, 17:105) sempurna tanpa sedikitpun cacat atau salah (11:1, 18:1, 41:42). Penegasan demikian tentunya bukan saja wajar, melainkan perlu, penting, dan harus. Sebab ia datang dari Dzat yang Maha Benar dan fungsi utamanya adalah sebagai petunjuk haruslah benar, jelas, dan tegas. Sementara kebenaran maupun kebaikan menurut manusia sangat relatif bahkan bias, akibat keterlibatan kepentingan dan interest mereka, di samping keterbatasan akal manusia. Padahal kalau saja kebenaran itu harus mengikuti keinginan dan kepentingan mereka yang dhaif dan relatif itu, resikonya sangat mengerikan, hancur binasanya jagad raya lengkap dengan seluruh isinya (23:71)
Meskipun demikian, penegasan-penegasan bisa menjadi tidak berarti sama sekali, manakala prinsip Syahadah Tauhid (Monotheisme) belum tumbuh dan terbangun secara kokoh dalam diri setiap muslim umat Al-Qur'an. Dalam kondisi demikian tentu sulit diharapkan untuk senantiasa bertahkim kepada Al Qur'an dan menjadikan Al Qur'an sebagai acuan pertama dan utama serta menerima kemutlakan kebenrannya yang menjadi kewajiban setiap individu sebelum secara kelembagaan
Moralitas yang baik, kokoh dan konsisten hanya akan muncul dari pribadi yang senantiasa merasakan kehadiran Allah bersamanya, untuk menuntun hati nurani dan nalurinya di samping juga mengawasinya. Juga yang selalu sadar dan merasakan pengawasan melekat oleh malaikat di kanan kirinya sebelum pengawasan oleh sesamanya.
Begitu juga yang senantiasa sadar bahwa segala perbuatannya harus dipertanggungjawabkan di hadapan Khaliknya yang Maha Adil dan tidak mengenal rekayasa. Mereka itulah pengemban amanat Allah yang sebenarnya sadar akan tugas dan fungsinya yang harus tunduk kepadanya (beribadah) (51:56).
Agaknya, memang itulah misi dan tujuan utama kehadiran Al Qur'an dan nabi besar Muhammad SAW, dalam sabdanya : Artinya : "Aku diutus semata-mata hanya untuk mewujudkan pribadi yang berahlak mulia lagiparipurna”
Kiranya pribadi-pribadi yang bermoralitas
Al-Qur’an sedemikian rupa, sangat dibutuhkan untuk mensukseskan pembangunan bangsa dan negara kita yang tercinta ini. Peluang dan sekaligus tantangan ini tentunya harus dijawab oleh umat ini. Mampukah kita mengaktualisasikan potensi kekuatan etik dan moral Al-Qur'an ini untuk mengarahkan, lebih mensukseskan dan mengamankan pembangunan? Sekaligus membuktikan bahwa kita ini adalah Khoiru Ummah dan Rahmatan Lil'alamin ?
Umat Islam sebagai bagian terbesar dari bangsa ini, tentu bukan saja yang paling berkepentingan terhadap hasil pembangunan, melainkan juga yang harus paling bertanggung jawab atas kebenaran arah, aman, dan suksesnya pembangunan.Dan pembangunan suatu bangsa dan negara tidak mungkin akan sukses, tanpa adanya pelaku-pelaku pembangunan yang bermoral terpuji dan handal. Kiranya benarlah kata ahli hikmah : "Eksistensi suatu umat/bangsa semat-mata tergantung kepada eksistensi akhlak dan moralnya. Bila moral mereka bejat, maka pastilah bangsa itu akan binasa.
Demikianlah sekelumit hikmah Nuzulul Qur'an dan kaitannya dengan pembinaan Ahlaqul Karimah. Kiranya umat ini perlu segera mengadakan gerakan nasional untuk memahami dan kembali kepada A
l Qur'an, untuk kita jadikan anutan dan acuan dalam rangka menyukseskan pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia menuju terwujudnya Baldatun Thoyyibatun Warabbun Ghafur.