Minggu, 24 Desember 2017
Sabtu, 23 Desember 2017
Kamis, 21 September 2017
Tuntunan Iedul Qurban
Iedul Qurban adalah salah satu hari raya di antara dua hari
raya kaum muslimin, dan merupakan rahmat Allah Subhanahu wa taala bagi ummat
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Hal ini diterangkan dalam hadits Anas
radiyallahu anhu, beliau berkata: Nabi shallallhu alaihi wa sallam datang,
sedangkan penduduk Madinah di masa jahiliyyah memiliki dua hari raya yang
mereka bersuka ria padanya (tahun baru dan hari pemuda (aunul mabud), maka
(beliau) bersabda:
“Aku datang kepada kalian, sedangkan kalian memiliki dua
hari raya yang kalian bersuka ria padanya di masa jahiliyyah, kemudian Allah
menggantikan untuk kalian du a hari raya yang lebih baik dari keduanya; hari
Iedul Qurban dan hari Iedul Fitri.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasai dan
Al-Baghawi, shahih, lihat Ahkamul Iedain hal. 8).
Selain itu, pada Hari Raya Qurban terdapat ibadah yang besar
pahalanya di sisi Allah, yaitu shalat Ied dan menyembelih hewan kurban.
Insyallah pada kesempatan kali ini kami akan menjelaskan beberapa hukum-hukum
yang berkaitan dengan Iedul Qurban, agar kita bisa melaksanakan ibadah besar
ini dengan disertai ilmu.
1. Hukum Menyembelih kurban
Para Ulama berselisih pendapat tentang hukumnya. Sedangkan
menurut pendapat yang kuat hukumnya adalah wajib bagi yang memiliki kemampuan (
Ahkamul Iedain hal. 26). Di antara hadits yang dijadikan dalil bagi ulama yang
mewajibkan adalah:
“Dari Abi Hurairah radliyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda: Barang siapa memiliki kelapangan
(kemampuan) kemudian tidak berqurban, maka janganlah dia mendekati tempat
shalat Ied kami.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah,Ad-Daruqutni, Al-Hakim, sanadnya hasan,
lihat Ahkamul Iedain hal. 26).
Dari hadits di atas diterangkan bahwa Rasulullah shallallahu
`alaihi wa sallam melarang untuk mendekati tempat shalat Ied bagi orang yang
memiliki kemampuan akan tetapi tidak berqurban. Hal itu menunjukkan bahwasanya
dia telah meninggalkan suatu kewajiban yang seakan-akan tidak ada manfaatnya,
bertaqarrub kepada Allah dengan dia meninggalkan kewajiban itu ( Subulus Salam
4/169).
2. Waktu Menyembelih
Hewan kurban disembelih setelah selesai shalat Ied.
Dalilnya:
Dari Barra bin Azib radiallahuanhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya perkara yang pertama kita mulai pada hari ini adalah kita shalat kemudian menyembelih. Maka barang siapa yang melakukan hal itu, dia telah mendapatkan sunnah kami. Dan barang siapa yang telah menyembelih (sebelum shalat pent), maka sesungguhnya sembelihan itu adalah daging yang diperuntukkan bagi keluarganya, bukan termasuk hewan kurban sedikitpun.” (HR. Muslim no. 1961).
Dari Barra bin Azib radiallahuanhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya perkara yang pertama kita mulai pada hari ini adalah kita shalat kemudian menyembelih. Maka barang siapa yang melakukan hal itu, dia telah mendapatkan sunnah kami. Dan barang siapa yang telah menyembelih (sebelum shalat pent), maka sesungguhnya sembelihan itu adalah daging yang diperuntukkan bagi keluarganya, bukan termasuk hewan kurban sedikitpun.” (HR. Muslim no. 1961).
Diperbolehkan untuk mengakhirkan penyembelihan, yaitu
menyembelih pada hari kedua dan ketiga setelah hari Ied. Sebagaimana
diterangkan dalam hadits:
“Dari Nabi shallallahu alai wa sallam bahwasanya beliau
bersabda: setiap hari tasyriq ada sembelihan.” (HR. Ahmad 4/8 dari Jubair bin
Muthim radiallahu anhu, dan dihasankan oleh Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid dalam
Ahkamul iedain ).
Berkata Ibnul Qayyim: “(Kebolehan menyembelih di hari-hari
tasyriq) adalah pendapat: Imam Ahmad, Malik, Abu Hanifah rahimahumullah .”
Imam Ahmad berkata: “Ini adalah pendapat lebih dari satu
shahabat Muhammad shallallahu alai wa sallam, dan Al-Atsram menyebutkan
diantaranya: Ibnu Umar, Ibnu Abas radiallahu anhum.” (Zadul Maad 2/319).
3. Tempat Menyembelih
Dalam rangka menampakkan syiar Islam dan kaum
muslimin,disunnahkan menyembelih di lapangan tempat shalat Ied. Dalilnya:
“Dari Ibnu Umar radliyallahu anhu dari Nabi shallallahu
`alaihi wa sallam : bahwasanya beliau menyembelih (kibas dan unta) dilapangan
Ied.” (HR. Bukhari no. 5552 dengan Fathul Bari).
4. Larangan Memotong Rambut dan Kuku
Barang siapa hendak berqurban, tidak diperbolehkan bagi dia
memotong rambut dan kukunya sedikitpun, setelah masuk tanggal 1 Dzulhijjah
hingga shalat Ied. Dalilnya:
“Dari Ummu Salamah, bahwasanya Rasulullah shallallahu
`alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian melihat hilal bulan Dzulhijjah dan
salah seorang di antara kalian hendak menyembelih, maka hendaknya dia menahan
(yakni tidak memotong, pent) rambut dan kukunya.” (HR. Muslim No. 1977).
Imam Nawawi berkata: “Maksud larangan tersebut adalah
dilarang memotong kuku dengan gunting dan semacamnya, memotong ram?but; baik
gundul, memendekkan rambut,mencabutnya, membakarnya atau selain itu. Dan
termasuk dalam hal ini, memotong bulu ketiak, kumis, kemaluan dan bulu lainnya
yang ada di badan (Syarah Muslim 13/138).”
Berkata Ibnu Qudamah: “Siapa yang melanggar larangan
tersebut hendaknya minta ampun kepada Allah dan tidak ada fidyah (tebusan)
baginya, baik dilakukan sengaja atau lupa (Al-Mughni11/96).”
Dari keterangan di atas maka larangan tersebut menunjukkan
haram. Demikian pendapat Said bin Musayyib, Rabiah, Ahmad, Ishaq, Daud dan
sebagian Madzhab Syafiiyah. Dan hal itu dikuatkan oleh Imam Asy-Syaukani dalam
Nailul Authar juz 5 hal. 112 dan Syaikh Ali hasan dalam Ahkamul iedain hal.
74).
5. Jenis Sembelihan
“Dari Jabir, berkata: Rasulullah shallallahu `alaihi wa
sallambersabda: Janganlah kalian menyembelih kecuali musinnah, akan tetapi jika
kalian merasa berat hendaklah menyembelih Al-Jazaah(HR. Muslim 6/72 dan Abu
Daud 2797).
Syaikh Al-Albani menerangkan:
– Musinnah yaitu jenis unta, sapi dan kambing atau kibas. Umur kambing adalah ketika masuk tahun ketiga, sedangkan unta, masuk tahun keenam.
– Al-jazaah yaitu kambing atau kibas yang berumur setahun pas menurut pendapat jumhur ulama (Silsilah Ad-Dlaifah 1/160).
– Musinnah yaitu jenis unta, sapi dan kambing atau kibas. Umur kambing adalah ketika masuk tahun ketiga, sedangkan unta, masuk tahun keenam.
– Al-jazaah yaitu kambing atau kibas yang berumur setahun pas menurut pendapat jumhur ulama (Silsilah Ad-Dlaifah 1/160).
Dan yang terbaik dari jenis sembelihan tadi adalah kibas
jantan bertanduk bagus, warna putih bercampur hitam di sekitar mata dan
kakinya. Yang demikian karena termasuk sifat-sifat yang disunnahkan Rasulullah
sallallahu alaihi wa sallam dan beliau menyembelih hewan yang memiliki sifat
tersebut.
“Dari Aisyah bahwasanya Rasulullah sallalahu alaihi wa
sallam memerintahkan menyembelih kibas yang bertanduk baik, dan sekitar kaki,
perut dan matanya berwarna hitam. Kemudian didatangkan kepada beliau, lalu
disembelih.” (HR. Abu Daud, dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Shahih Abu Daud
no. 2423).
6. Hewan kurban Tidak Cacat
Termasuk tuntunan Nabi shallalahu alaihi wa sallam yaitu
memilih hewan yang selamat dari cacat dan memilih yang terbaik. Beliau melarang
menyembelih hewan yang terputus telinganya, terpecah tanduknya, matanya pece,
terputus bagian depan atau belakang telinganya, terbelah atau terkoyak
telinganya. Adapun kibas yang dikebiri boleh untuk disembelih. ( Ahkamul Iedain
hal. 75)
7. Boleh Berserikat
Satu ekor hewan kurban boleh diniatkan pahalanya untuk
dirinya dan keluarganya meskipun dalam jumlah yang banyak.
Dalilnya:”Berkata Atha bin Yasar: Aku bertanya kepada Abu Ayyub Al-Anshari, bagaimana sifat sembelihan di masa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam , beliau menjawab: jika seseorang berkurban seekor kambing, maka untuk dia dan keluarganya. Kemudian mereka makan dan memberi makan dari kurban tersebut.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Malik, Al-Baihaqi dan sanadnya hasan, lihat Ahkamul Iedain hal. 76).
Dalilnya:”Berkata Atha bin Yasar: Aku bertanya kepada Abu Ayyub Al-Anshari, bagaimana sifat sembelihan di masa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam , beliau menjawab: jika seseorang berkurban seekor kambing, maka untuk dia dan keluarganya. Kemudian mereka makan dan memberi makan dari kurban tersebut.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Malik, Al-Baihaqi dan sanadnya hasan, lihat Ahkamul Iedain hal. 76).
“Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Kami bersama Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam dalam sebuah perjalanan kemudian tiba hari Ied.
Maka kami berserikat tujuh orang pada seekor sapi dan sepuluh orang pada seekor
unta.” (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih
Sunan At-Tirmidzi no. 1213).
9. Cara Menyembelih
Menyembelih dengan pisau yang tajam, mengucapkan bismillah
wallahu akbar, membaringkan sembelihan pada sisi kirinya karena yang demikian
mudah bagi si penyembelih memegang pisau dengan tangan kanannya, dan menahan
lehernya dengan tangan kiri. Dalil?nya:
“Dari Anas bin Malik, dia berkata: Bahwasanya Nabi
shallallahu `alaihi wa sallam menyembelih dua ekor kibasnya yang bagus dan
bertanduk. Beliau mengucapkan basmallah dan takbir dan meletakkan kakinya di
samping lehernya.”(HR. Bukhari, Muslim dan lainnya).
Dan disunnahkan bagi yang berkorban, memotong sendiri
sembelihannya atau mewakilkan kepada orang lain ( Ahkamul Iedain hal. 77).
10. Membagikan Daging kurban
Bagi yang menyembelih disunnahkan makan daging qurbannya,
menghadiahkan karib kerabatnya, bershadaqah pada fakir miskin, dan menyimpannya
untuk perbekalan lebih dari 3 hari. Nabi shallallahu `alaihi wa sallam
bersabda:
“Makanlah, simpanlah untuk perbekalan dan bershadaqahlah.”(HR.Bukhari
Muslim).
Daging sembelihan, kulitnya, rambutnya dan yang bermanfaat
dari kurban tersebut tidak boleh diperjualbelikan menurut pendapat jumhur
ulama, dan seorang tukang sembelih tidak mendapatkan daging kurban. Tetapi yang
dia dapatkan hanyalah upah dari yang berkurban. Dalilnya:
“Dari Ali bin Abi Thalib radliyallahu anhuma, dia berkata:
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memerintahkan aku untuk menyembelih hewan kurbannya dan membagi-bagi dagingnya, kulitnya, dan alat-alat untuk melindungi tubuhnya, dan tidak memberi tukang potong sedikitpun dari kurban tersebut.” (HR. Bukhari Muslim).
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memerintahkan aku untuk menyembelih hewan kurbannya dan membagi-bagi dagingnya, kulitnya, dan alat-alat untuk melindungi tubuhnya, dan tidak memberi tukang potong sedikitpun dari kurban tersebut.” (HR. Bukhari Muslim).
11. Bagi Yang Tidak Berkurban
Kaum muslimin yang tidak mampu untuk berkorban, mereka akan
mendapatkan pahala seperti halnya orang yang berkorban dari umat Muhammad
shallallahu `alaihi wa sallam. Hal ini diterangkan dalam sebuah riwayat bahwa
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:
“Bismillah Wallahu Akbar, ini (kurban) dariku dan dari
umatku yang tidak menyembelih.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan Syaikh Al-Albani
dalam Shahih Abu Daud no. 2436). Wallahu taala alam.
dikutip dari artikel di http://www.perpustakaan-islam.com
dikutip dari artikel di http://www.perpustakaan-islam.com
Minggu, 25 Juni 2017
Iedul Fitri 1438 H
Embun pagi Akhir Ramadhan 1438 H yang masih tersisa nampak dibelakang yang akan segera tergantikan dengan cerah sinar matahari pagi 1 syawal 1438 H . Selamat Tinggal Ramadhan , kami akan selalu merindukan kehadiranmu kembali , bulan penuh rahmah , berkah dan magfirah . Dan selamat datang Syawal... kembali ke Nol , kembali ke awal ... bukan untuk bebas berbuat dosa lagi tetapi berusaha mempertahankan kondisi nol semaksimal mungkin . Karena pada dasarnya tidak ada manusia yang terbebas dari noda dan dosa , berbuatlah baiklah sebaik-baiknya perbuatan .
Kamis, 08 Juni 2017
Selasa, 06 Juni 2017
Selasa, 30 Mei 2017
Berkah Ramadhan
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan
salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Bulan Ramadhan sungguh adalah bulan yang penuh berkah,
artinya mendatangkan kebaikan yang banyak. Kebaikan yang diperoleh umat Islam
di bulan Ramadhan bisa meliputi ukhrowi dan duniawi. Coba kita lihat di bulan
Ramadhan ini begitu banyak kebaikan ukhrowi yang diperoleh setiap muslim. Di
antara keberkahan tersebut adalah dengan menjalankan shiyam ramadhan akan
mendapatkan pengampunan dosa yang telah lalu. Keberkahan lainnya lagi adalah
dalam menjalankan shalat malam (shalat tarawih). Itu juga adalah sebab
pengampunan dosa. Begitu pula pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang
lebih baik dari 1000 bulan, yaitu lailatul qadar. Inilah di antara keberkahan
ukhrowi yang bisa diperoleh. Namun ada satu sisi kebaikan lainnya, yang mana
ini tidak kalah pentingnya, yaitu bulan Ramadhan adalah saat yang tepat untuk
memperbaiki diri sehingga selepas bulan Ramadhan seseorang bisa menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Pembahasan inilah yang akan kami ulas dalam tulisan
sederhana ini.
Pintu Kebaikan Dimudahkan di Bulan Ramadhan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ
مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ
الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا
بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا
بَابٌ وَيُنَادِى مُنَادٍ يَا بَاغِىَ
الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِىَ الشَّرِّ
أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ
كُلَّ لَيْلَةٍ
“Pada malam pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dan jin-jin
yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pun pintu
yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satu pun pintu yang
tertutup, ketika itu ada yang menyeru: “Wahai yang mengharapkan kebaikan
bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat
berhentilah”. Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada
setiap malam di bulan Ramadhan”.[1]
Dalam hadits lainnya disebutkan,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ
أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
”Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka
ditutup, dan setan pun dibelenggu.”[2]
Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan, “Hadits di atas dapat bermakna,
terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu Jahannam sebagai terbelenggunya
setan-setan sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan dan mulianya bulan tersebut.”
Lanjut Al Qodhi ‘Iyadh, “Juga dapat bermakna terbukanya pintu surga karena
Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-Nya di bulan Ramadhan seperti
puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan
Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan kebaikan daripada melakukan maksiat.
Inilah sebab mereka dapat memasuki surga dan pintunya. Sedangkan tertutupnya
pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang
mudah menjauhi maksiat ketika itu.”[3]
Sampai-sampai karena terbuka lebarnya pintu kebaikan ini,
para ulama katakan bahwa pahala amalan apa saja di bulan Ramadhan pun akan
berlipat ganda[4]. Sebagaimana kita dapat melihat pada perkataan ulama salaf
berikut ini.
Guru-guru dari Abu Bakr bin Maryam rahimahumullah pernah
mengatakan, “Jika tiba bulan Ramadhan, bersemangatlah untuk bersedekah. Karena
bersedekah di bulan tersebut lebih berlipat pahalanya seperti seseorang sedekah
di jalan Allah (fii sabilillah). Pahala bacaaan tasbih (berdzikir
“subhanallah”) lebih afdhol dari seribu bacaan tasbih di bulan lainnya.” [5]
An Nakho’i rahimahullah mengatakan, “Puasa sehari di bulan
Ramadhan lebih afdhol dari puasa di seribu hari lainnya. Begitu pula satu
bacaan tasbih (berdzikir “subhanallah”) di bulan Ramadhan lebih afdhol dari
seribu bacaan tasbih di hari lainnya. Begitu juga pahala satu raka’at shalat di
bulan Ramadhan lebih baik dari seribu raka’at di bulan lainnya.”[6]
Maka kita dapat saksikan sendiri di bulan Ramadhan, orang
yang semula malas shalat lima waktu, akhirnya menjadi rajin. Orang yang amat jarang
kelihatan di masjid, kembali sadar menjalankan shalat jama’ah. Orang yang
jarang mengerjakan shalat malam, begitu giat di bulan Ramadhan untuk
menjalankan ibadah shalat tarawih. Orang yang sesekali baca Al Qur’an, di bulan
Ramadhan akhirnya bisa mengkhatamkan Al Qur’an. Sungguh luar biasa barokah
bulan ini karena begitu mudah setiap orang menjalankan kebaikan.
Banyaknya Pengampunan Dosa
Dalam beberapa amalan di bulan Ramadhan, kita dapat temukan
di dalamnya ada pengampunan dosa. Di antara amalan tersebut adalah ibadah puasa
yang kita jalankan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan
mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni.”[7]
Pengampunan dosa di sini bisa diperoleh jika seseorang menjaga diri dari
batasan-batasan Allah dan hal-hal yang semestinya dijaga.[8]
Begitu pula pada amalan shalat tarawih, di dalamnya juga
terdapat pengampunan dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih)
karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.”[9]
Barangsiapa yang menghidupkan malam lailatul qadar dengan
amalan shalat, juga akan mendapatkan pengampunan dosa sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada lailatul qadar karena
iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.”[10] Adapun pengampunan dosa dalam hadits-hadits di atas, dimaksudkan
untuk dosa-dosa kecil sebagaimana pendapat mayoritas ulama.[11]
Karena sampai banyaknya pengampunan dosa di bulan suci ini,
Qotadah pun mengatakan, “Siapa saja yang tidak mendapatkan pengampunan dosa di
bulan Ramadhan, maka sungguh di hari lain ia pun akan sulit mendapatkan
ampunan.”[12]
Keadaan Yang Semestinya Selepas Ramadhan
Setelah kita mengetahui beberapa amalan di bulan Ramadhan
yang bisa menghapuskan dosa, juga pintu kebaikan dimudahkan, maka keadaan seseorang selepas
ramadhan seharusnya dalam keadaan seperti bayi yang baru dilahirkan oleh
ibunya, yaitu bersih dari dosa. Namun hal ini dengan syarat, seseorang haruslah
bertaubat dari dosa besar yang pernah ia terjerumus di dalamnya, dia bertaubat
dengan penuh rasa penyesalan.
Lihatlah perkataan Az Zuhri berikut, “Ketika hari raya Idul
Fithri, banyak manusia yang akan keluar menuju lapangan tempat pelaksanaan
shalat ‘ied, Allah pun akan menyaksikan mereka. Allah pun akan mengatakan,
“Wahai hambaku, puasa kalian adalah untuk-Ku, shalat-shalat kalian di bulan
Ramadhan adalah untuk-Ku, kembalilah kalian dalam keadaan mendapatkan
ampunan-Ku.”
Ulama salaf lainnya mengatakan kepada sebagian saudaranya
ketika melaksanakan shalat ‘ied di tanah lapang, “Hari ini suatu kaum telah
kembali dalam keadaan sebagaimana ibu mereka melahirkan mereka.”[13]
Sudah Seharusnya Menjaga Amalan Kebaikan
Ketika keluar bulan Ramadhan seharusnya setiap insan menjadi
lebih baik dibanding dengan bulan sebelumnya karena dia sudah ditempa di
madrasah Ramadhan untuk meninggalkan berbagai macam maksiat dan mudah
melaksankan kebajikan. Orang yang dulu malas-malasan shalat 5 waktu seharusnya
menjadi sadar dan rutin mengerjakannya di luar bulan Ramadhan. Juga dalam
masalah shalat Jama’ah bagi kaum pria, hendaklah pula dapat dirutinkan
dilakukan di masjid sebagaimana rajin dilakukan ketika bulan Ramadhan. Begitu
pula dalam bulan Ramadhan banyak wanita muslimah yang berusaha menggunakan
jilbab yang menutup diri, maka di luar bulan Ramadhan seharusnya hal ini tetap
dijaga, bahkan bisa lebih disempurnakan lagi sebagaimana tuntunan Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنَّ
أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ
وَإِنْ قَلَّ
“(Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah
adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.”[14]
Seharusnya amal seorang mukmin barulah berakhir ketika ajal
datang menjemput. Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, ”Sesungguhnya
Allah Ta’ala tidaklah menjadikan ajal (waktu akhir) untuk amalan seorang mukmin
selain kematiannya.” Lalu Al Hasan membaca firman Allah,
وَاعْبُدْ
رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni
ajal).” (QS. Al Hijr: 99).[15] Az Zujaaj mengatakan bahwa makna ayat ini adalah
sembahlah Allah selamanya. Ulama lainnya mengatakan, “Sembahlah Allah bukan pada waktu tertentu
saja”. Jika memang maksudnya adalah demikian tentu orang yang melakukan ibadah
sekali saja, maka ia sudah disebut orang yang taat. Namun Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Sembahlah Allah sampai datang ajal”. Ini menunjukkan
bahwa ibadah itu diperintahkan selamanya sepanjang hayat.[16]
Ibadah dan amalan ketaatan bukanlah ibarat bunga yang mekar
pada waktu tertentu saja. Jadi, ibadah shalat 5 waktu, shalat jama’ah, shalat
malam, gemar bersedekah dan berbusana muslimah, bukanlah jadi ibadah musiman.
Namun sudah seharusnya di luar bulan Ramadhan juga tetap dijaga.
Asy Syibliy pernah ditanya, ”Bulan manakah yang lebih utama,
Rajab ataukah Sya’ban?” Beliau pun menjawab, ”Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah
menjadi Sya’baniyyin.” Maksudnya adalah jadilah hamba Rabbaniy yang rajin
ibadah di setiap bulan sepanjang tahun dan bukan hanya di bulan Sya’ban saja.
Kami (penulis) juga dapat mengatakan, ”Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah
menjadi Romadhoniyyin.”[17] Maksudnya, beribadahlah secara kontinu (ajeg)
sepanjang tahun dan jangan hanya di bulan Ramadhan saja.
Perhatikanlah perkataan Ibnu Rajab berikut, ”Barangsiapa
melakukan dan menyelesaikan suatu ketaaatan, maka di antara tanda diterimanya
amalan tersebut adalah dimudahkan untuk melakukan amalan ketaatan lainnya. Dan
di antara tanda tertolaknya suatu amalan adalah melakukan kemaksiatan setelah
melakukan amalan ketaatan. Jika seseorang melakukan ketaatan setelah sebelumnya
melakukan kejelekan, maka kebaikan ini akan menghapuskan kejelekan tersebut.
Yang sangat bagus adalah mengikutkan ketaatan setelah melakukan ketaatan
sebelumnya. Sedangkan yang paling jelek adalah melakukan kejelekan setelah
sebelumnya melakukan amalan ketaatan. Ingatlah bahwa satu dosa yang dilakukan
setelah bertaubat lebih jelek dari 70 dosa yang dilakukan sebelum bertaubat. …
Mintalah pada Allah agar diteguhkan dalam ketaatan hingga kematian menjemput.
Dan mintalah perlindungan pada Allah dari hati yang terombang-ambing.”[18]
Para ulama juga mengatakan, “Sejelek-jelek kaum adalah yang
mengenal Allah (rajin ibadah, -pen) hanya pada bulan Ramadhan saja.”
Ingatlah pula pesan Ka’ab
bin Malik, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan lantas terbetik dalam
hatinya bahwa setelah lepas dari Ramadhan akan berbuat maksiat pada Rabbnya,
maka sungguh puasanya itu tertolak (tidak bernilai apa-apa).”[19]
Semoga Allah menjadikan Ramadhan kita di tahun ini lebih
bermakna dari yang sebelumnya. Semoga kita senantiasa mendapatkan barokah bulan
suci ini. Amin, Yaa Samii’um Mujiib.
Panggang-GK, 8 Ramadhan 1431 H (18 Agustus 2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Sayuran wajib !
Sayuran yang sehat setiap saat.. tinggal ditambah ( jangan dikurangi ) atau diganti yang hijau saja... Enak dan segar , praktis dan ekonomis...
Rabu, 17 Mei 2017
Selasa, 16 Mei 2017
Jumat, 21 April 2017
Sabtu, 15 April 2017
Birrul Walidain (Berbuat baik terhadap kedua ibu bapa)
Al Birr iaitu kebaikan, berdasarkan
sabda Rasulullah SAW. : “Al Birr adalah baiknya akhlaq“.
(HR. Muslim)
Birrul Walidain بِرِّ الْوَالِدَيْنِ merupakan kebaikan-kebaikan
yang dipersembahkan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya,
kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa batinan dan hal
tersebut didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia meskipun mereka tidak
beriman. Manakala wajibatul walid (kewajipan orang tua)
adalah untuk mempersiapkan anak-anaknya agar dapat berbakti kepadanya seperti
sabda Nabi SAW., “Allah merahmati orang tua yang menolong anaknya
untukBOLEH
berbakti kepadanya”.
Sedangkan ‘Uquud Walidain عُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ bermaksud
durhaka terhadap mereka dan tidak berbuat baik kepadanya.
Berkata Imam Al Qurtubi – mudah-mudahan Allah merahmatinya
-: “Termasuk ‘Uquuq (durhaka) kepada orang tua adalah menyelisihi/ menentang
keinginan-keinginan mereka dari (perkara-perkara) yang mubah, sebagaimana Al
Birr (berbakti) kepada keduanya adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan
mereka. Oleh karena itu, apabila salah satu atau keduanya memerintahkan sesuatu,
wajib engkau mentaatinya selama hal itu bukan perkara maksiat, walaupun apa
yang mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah pada asalnya, demikian
pula apabila apa yang mereka perintahkan adalah perkara yang mandub (disukai/
disunnahkan).”[i]
Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah – mudah-mudahan Allah
merahmatinya -: Berkata Abu Bakr di dalam kitab Zaadul Musaafir “Barangsiapa
yang menyebabkan kedua orang tuanya marah dan menangis, maka dia harus
mengembalikan keduanya agar dia bisa tertawa (senang) kembali“.[ii]
Hukum Birrul Walidain
Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik
(berbakti) pada kedua orang tua hukumnya adalah wajib selain terhadap perkara
yang haram.
Syari’at Islam meletakkan kewajipan birrul walidain
menempati ranking ke-dua setelah beribadah kepada Allah SWT dengan mengesakan-Nya. Dalil-dalil Shahih dan
Sharih (jelas) banyak sekali, diantaranya terdapat tiga ayat yang menunjukkan
kewajipan yag khusus untuk berbuat baik kepada kedua orang tua:
وَٱعۡبُدُواْ
ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡـًٔ۬اۖ وَبِٱلۡوَٲلِدَيۡنِ إِحۡسَـٰنً۬ا
“Dan hendaklah kamu beribadah kepada Allah dan janganlah
kamu sekutukan Dia dengan sesuatu apa jua dan hendaklah kamu berbuat baik
kepada kedua ibu bapa“. (QS. An Nisa’ : 36).
وَقَضَىٰ
رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٲلِدَيۡنِ إِحۡسَـٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡڪِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ۬ وَلَا تَنۡہَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلاً۬ ڪَرِيمً۬ا
“Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak
menyembah melainkan kepadaNya semata-mata dan hendaklah engkau berbuat
baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya
sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan peliharaanmu,
maka janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar)
sekalipun perkataan “Ha” dan janganlah engkau menengking menyergah mereka,
tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun).“. (QS.
Al Isra’: 23).
وَوَصَّيۡنَا
ٱلۡإِنسَـٰنَ بِوَٲلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُ ۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٍ۬ وَفِصَـٰلُهُ ۥ فِى عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡڪُرۡ لِى وَلِوَٲلِدَيۡكَ إِلَىَّ ٱلۡمَصِيرُ
“Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada
kedua ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan
demi kelemahan (dari awal mengandung hingga akhir menyusunya) dan tempoh
menceraikan susunya ialah dalam masa dua tahun; (dengan yang demikian)
bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibubapamu; dan (ingatlah), kepada Akulah
jua tempat kembali (untuk menerima balasan).” (QS. Luqman : 14).
Berkata Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoinya, “Tiga
ayat dalam Al Qur’an yang saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu
tanpa yang lainnya, kemudian Allah menyebutkan diantaranya firman Allah SWT.: “bersyukurlah
kepadaKu dan kepada kedua ibubapamu“, Berkata beliau. “Maka, barangsiapa
yang bersyukur kepada Allah akan tetapi dia tidak bersyukur pada kedua
ibubapanya, tidak akan diterima (rasa syukurnya) dengan sebab itu.”[iii].
Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW. bersabda: “Keridhaan
Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada
kemurkaan orang tua” (HR. Tirmidzi)[iv].
Al Mughirah bin Syu’bah – mudah-mudahan Allah meridhainya –
meriwayatkan daripada i Nabi SAW. beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah
mengharamkan atas kalian mendurhakai para Ibu, mengubur hidup-hidup anak
perempuan, dan tidak mahu memberi tetapi meminta-minta (bakhil) dan Allah
membenci atas kalian (mengatakan) katanya si fulan begini si fulan berkata
begitu (tanpa diteliti terlebih dahulu), banyak bertanya (yang tidak
bermanfaat), dan membuang-buang harta“. (HR Muslim)
Keutamaan Birrul Walidain
1. أَحَبُّ اْلأَعْمَالِ إِلَى اللهِ بَعْدَ الصَّلاَةِ (amal
yang paling dicintai disisi Allah SWT selepas Solat) (
Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman
Abdillah Ibni Mas’ud ra “Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang
paling di cintai disisi Allah ?” Rasulullah bersabda “Solat tepat pada
waktunya”. Kemudian aku tanya lagi “Apa lagi selain itu ?” bersabda
Rasulullah “Berbakti kepada kedua orang tua” Aku tanya lagi “ Apa
lagi ?”. Jawab Rasulullah “Jihad dijalan Allah”. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Ini tidak beerti jika melakukan Solat tepat pada waktu dan
jihad fisabilillah menafikan kewajipan birrul walidain kerana Rasulullah SAW.
pernah menolak permohonan salah seorang sahabat untuk jihad fisabilillah kerana
masalah hubungan dengan kedua ibu bapanya. Lantas Rasulullah SAW. memerintahkan
beliau segera pulang menyelesaikan permasalahan tersebut dahulu.
2. مُسْتَجَابُ الدَّعْوَةِ (doa
mereka mustajab)
Di antara buktinya adalah kisah ulama besar hadits yang
sudah ma’ruf di tengah-tengah kaum muslimin, Imam Bukhari rahimahullah.
Beliau buta sewaktu kecil lalu ibunya seringkali berdoa agar Allah SWT.
memulihkan penglihatan beliau.
Suatu malam di dalam mimpi, ibunya melihat Nabi Allah,
al-Khalil, Ibrahim ‘alaihis salam yang berkata kepadanya, ‘Wahai wanita, Allah
telah mengembalikan penglihatan anakmu karena begitu banyaknya kamu berdoa.”
Pada pagi harinya, ia melihat anaknya dan ternyata benar,
Allah telah mengembalikan penglihatannya.[v]
Hal di atas menunjukkan benarnya sabda Rasul kita
shallallahu ‘alaihi wa sallam akan manjurnya do’a orang tua pada anaknya.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ
دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
“Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa
orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi[vi])
3. سَبَبُ نُزُوْلِ
الرَّحْمَةِ (sebab
turunnya rahmat)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa
yang ingin rezkinya diperluas, dan agar usianya diperpanjang (dipenuhi berkah),
hendaknya ia menjaga tali silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Bukan
beerti membalas budi kerana jasa mereka tidak mungkin terbalas
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Seorang anak tidak akan dapat membalas budi baik
ayahnya, kecuali bila ia mendapatkan ayahnya sebagai hamba, lalu dia
merdekakan.” (HR. Muslim)
5. Al
ummu hiya ahaqu suhbah (prioriti untuk mendapat perlakuan yang lebih
dekat dari kedua orang tua ialah ibu)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu ia berkata, “Datang
seseorang kepada Rasulullah SAW. dan berkata, ’Wahai Rasulullah,
kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali ? Nabi SAW.
menjawab, ’Ibumu! Orang tersebut kembali bertanya, ’Kemudian siapa lagi
? Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu! Ia bertanya lagi, ’Kemudian siapa lagi?’
Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu!, Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian
siapa lagi, ’Nabi SAW. menjawab, Bapakmu ” (HR. Bukhari dan
Muslim)
6. Taat
kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Syurga.
Rasulullah SAW. bersabda, “Sungguh kasihan,
sungguh kasihan, sungguh kasihan.” Salah seorang sahabat bertanya, “Siapa yang
kasihan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan
orang tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur
mereka sudah tua, namun tidak dapat membuatnya masuk Surga.” (HR. Muslim)
7. Durhaka
kepada orang tua, termasuk dosa besar yang terbesar.
Dari Abu Bakrah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda,
“Mahukah kalian kuberitahukan dosa besar yang terbesar?” Para Sahabat menjawab,
“Tentu mahu, wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.” Beliau
bersabda, “Berbuat syirik kepada Allah, dan durhaka terhadap orang tua.”
Kemudian, sambil bersandar, beliau bersabda lagi, “..ucapan dusta, persaksian
palsu..” Beliau terus meneruskan mengulang sabdanya itu, sampai kami (para
Sahabat) berharap beliau segera terdiam. (HR Bukhari dan Muslim)
Melaksanakan Birrul Walidain
Semasa Mereka Masih
Hidup
1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah
Sa’ad bin Abi Waqas – semoga Allah merahmatinya – menerapkan bagaiman konteks Birrul Walidain mempertahankan keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa Sa’ad memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari Islam sedangkan Sa’ad terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Ibunya sampai mengancam kalau Sa’ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan makan dan minum sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya “ Jangan kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun gantinya atau risikonya”.
Sa’ad bin Abi Waqas – semoga Allah merahmatinya – menerapkan bagaiman konteks Birrul Walidain mempertahankan keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa Sa’ad memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari Islam sedangkan Sa’ad terkenal sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Ibunya sampai mengancam kalau Sa’ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan makan dan minum sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya “ Jangan kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini walau apapun gantinya atau risikonya”.
Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya…” (QS. Luqman: 15)
Tidak bosan-bosannya Sa’ad menjenguk ibunya dan tetap
berbuat baik kepadanya serta menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut
sampai suatu ketika ibunya menyerah dan menghentikan mogok makannya.
2. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang
Tua
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu bapanya…” (QS. Al-Ahqaaf: 15)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu bapanya…” (QS. Al-Ahqaaf: 15)
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapa…” (QS.
An-Nisaa’: 36)
Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua
orang tua semakin tua dan lanjut hingga keadaan mereka melemah dan sangat
memerlukan bantuan dan perhatian daripada anaknya.
Abu Bakar As Siddiq ra. adalah sahabat Rasulullah SAW yang
patut ditauladani dalam berbaktinya terhadap orang tua. Disaat orang tuanya
telah memasuki usia yang sangat udzur, beliau masih melayan bapanya
dengan lemah lembut dan tidak pernah putus asa untuk mengajak ayahnya beriman
kepada Allah. Penantian beliau yang cukup lama berakhir apabila ayahnya
menerima tawaran untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman dalam QS. 14 : 40 – 41 ayat yang do’a agar
anak, cucu dan seluruh anggota keluarganya menjadi orang-orang yang muqiimas
Solat (mendirikan Solat) dan diampuni dosa-dosanya. Ayat ini merupakan
suatu kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepada kelurga Abu Bakar As Siddiq ra.
3. Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ‘Wahai, Rabb-ku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (QS. Al-Israa’: 23-24)
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ‘Wahai, Rabb-ku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (QS. Al-Israa’: 23-24)
4. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka
Nabi Ibrahim ‘alaihiisalam mempunyai ayah yang bernama Azar
yang aqidah-nya menyalahi dengan Nabi Ibrahim ‘alaihiisalam tetapi
tetap menunjukan birrul walidain yang dilakukan seorang anak kepada bapaknya.
Dalam menegur ayahnya beliau menggunakan kata-kata yang mulia dan ketika
mengajak ayahnya agar kejalan yang lurus dengan kata-kata yang lembut
sebagaimana dikisahkan Allah pada QS. 19 : 41-45.
5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka
Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, beliau bercerita, suatu malam ibu dari sahabat Ibnu Mas’ud meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu Mas’ud datang membawa air minum, ternyata si Ibu sudah tidur. Akhirnya Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang bekas berisi air tersebut hingga pagi. (Diambil dari kitab Birrul walidain, karya Ibnu Jauzi)
Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, beliau bercerita, suatu malam ibu dari sahabat Ibnu Mas’ud meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu Mas’ud datang membawa air minum, ternyata si Ibu sudah tidur. Akhirnya Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang bekas berisi air tersebut hingga pagi. (Diambil dari kitab Birrul walidain, karya Ibnu Jauzi)
6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi
Untuk Urusan Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya: “Ya, Raslullah, apakah akuBOLEH
ikut berjihad?” Beliau balik
bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?” Laki-laki itu
menjawab: “Masih.” Beliau bersabda: “Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada
keduanya.” (HR. Bukhari no. 3004, 5972, dan Muslim no. 2549, dari Ibnu ‘Amr
radhiyallahu ‘anhu)
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya: “Ya, Raslullah, apakah akuBOLEH
7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang
mereka Inginkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia berkata: “Ayahku ingin mengambil hartaku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kamu dan hartamu milik ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia berkata: “Ayahku ingin mengambil hartaku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kamu dan hartamu milik ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil
(kikir) terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya
ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.
8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada
Orang-orang yang Dicintai Mereka
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik kepada para saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka. Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik kepada para saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka. Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.
9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua
Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka.
Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka.
10. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka
Dicela Orang Lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.” Para Sahabat bertanya: “Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.” Para Sahabat bertanya: “Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Apabila Mereka Meninggal Dunia (بَعْدَ وَفَاتِهِمَا)
1. Mensolati/Berdo’a terhadap Keduanya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi SAW bersabda, “Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akan dirinya.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi SAW bersabda, “Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akan dirinya.” (HR. Muslim)
2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua
Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-Qur’an:
“Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku…” (QS. Ibrahim: 41)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-Qur’an:
“Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku…” (QS. Ibrahim: 41)
3. Menunaikan Janji/Wasiat Kedua Orang Tua
4. Memuliakan Rakan-Rakan Kedua Orang Tua
Ibnu Umar berkata aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.” (HR. Muslim)
4. Memuliakan Rakan-Rakan Kedua Orang Tua
Ibnu Umar berkata aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.” (HR. Muslim)
5. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan
Ayah
“Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal.” (HR. Ibnu Hibban)
“Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal.” (HR. Ibnu Hibban)
Rasulullah SAW. yang telah ditinggal ayahnya Abdullah kerana
meninggal dunia saat Rasulullah SAW. masih dalam kandungan ibunya Aminah. Dalam
pendidikan birrul walidain ibunya mengajak Rasulullah ketika berusia enam (6)
tahun untuk berziarah kemakam ayahnya dengan perjalanan yang cukup jauh. Dalam
perjalanan pulang ibunda beliau jatuh sakit tepatnya didaerah Abwa hingga
akhirnya meninggal dunia. Setelah itu Rasulullah diasuh oleh pamannya Abdul
Thalib, beliau menunjukan sikap yang mulia kepada pamannya walaupun aqidah
pamannya berbeda dengan Rasulullah. Dan Rasulullah SAW. berbakti pula kepada
pengasuhnya yang bernama Sofiah binti Abdil Mutthalib.
والله أعلمُ بالـصـواب
[i] Al
Jami’ Li Ahkamil Qur’an Jil 6 hal 238
[ii] Ghadzaul
Al Baab 1/382
[iii] Al
Kabaair milik Imam Adz Dzahabi hal 40
[iv] Riwayat
Tirmidzi dalam Jami’nya (1/ 346), Hadits ini Shohih, lihat Silsilah Al Hadits
Ash Shahiihah No. 516
Oopy dr dakwah.info.tks
Oopy dr dakwah.info.tks
Rabu, 12 April 2017
Selamat datang di ( Museum ) kota Pontianak !
Minggu, 09 April 2017
Pantai Akarena Makassar
Kakak Hafiz bersama Ayah di pantai Akarena - Makassar .
Kota Makassar terletak di bibir pantai selat Makassar .Ada beberapa pantai yg dapat dikunjungi warga untuk rekreasi akhir pekan , seperti pantai Akarena , pantai Tanjung Bayang atau Losari . Pantai pantai ini sesungguhnya satu garis pantai yang memanjang hingga pelabuhan laut Soekarno- Hatta . Pantai yang berpasir hanya Tanjung Bayang dan Akarena . Dan yang lumayan bersih , berpasir putih hanya Tanjung Bayang . Sementara Pantai Akarena , berpasir hitam dan kotor , seperti foto diatas.
Kota Makassar terletak di bibir pantai selat Makassar .Ada beberapa pantai yg dapat dikunjungi warga untuk rekreasi akhir pekan , seperti pantai Akarena , pantai Tanjung Bayang atau Losari . Pantai pantai ini sesungguhnya satu garis pantai yang memanjang hingga pelabuhan laut Soekarno- Hatta . Pantai yang berpasir hanya Tanjung Bayang dan Akarena . Dan yang lumayan bersih , berpasir putih hanya Tanjung Bayang . Sementara Pantai Akarena , berpasir hitam dan kotor , seperti foto diatas.
Sabtu, 08 April 2017
Cerdas memilih obat Flu
Penyakit flu merupakan penyakit yang umum terjadi dan dapat
menyerang siapa saja, baik dewasa maupun anak-anak. Seseorang yang terkena
penyakit flu biasanya merasa tidak perlu datang ke dokter dan dapat membeli
obat sendiri. Apalagi, obat flu dijual dengan bebas dan dapat diperoleh tanpa
resep dokter. Obat flu tidak hanya dijual di apotek tapi juga di toko obat
bahkan di warung dengan berbagai merek. Permasalahan yang sering timbul adalah
cara pemilihan obat flu yang tepat. Masyarakat menganggap bahwa semua kandungan
obat flu sama, padahal ada beberapa perbedaan. Oleh karena itu, pada bahasan
mengenai obat flu kali ini akan dipaparkan bagaimana cara bijak untuk memilih
obat flu sesuai dengan kebutuhan, sehingga walaupun pengobatan dilakukan secara
mandiri (swamedikasi), tetap rasional, tepat dan tidak berlebihan.
Sekilas Tentang Penyakit Flu
Flu merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus (coronavirus, influenza virus) pada saluran pernapasan bagian atas. Penularan flu biasanya terjadi melalui kontak dengan sekret mukosa hidung orang yang terkena flu (dengan memegang tangan atau gagang pintu atau gagang telepon yang terkena sekret). Pada umumnya infeksi dapat sembuh dengan sendirinya dengan meningkatkan daya tahan tubuh melalui istirahat yang cukup, asupan gizi dan banyak minum air. Namun demikian gejala yang ditimbulkan seringkali mengganggu aktivitas.
Flu merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus (coronavirus, influenza virus) pada saluran pernapasan bagian atas. Penularan flu biasanya terjadi melalui kontak dengan sekret mukosa hidung orang yang terkena flu (dengan memegang tangan atau gagang pintu atau gagang telepon yang terkena sekret). Pada umumnya infeksi dapat sembuh dengan sendirinya dengan meningkatkan daya tahan tubuh melalui istirahat yang cukup, asupan gizi dan banyak minum air. Namun demikian gejala yang ditimbulkan seringkali mengganggu aktivitas.
Untuk meringankan gejala flu dapat dilakukan swamedikasi
menggunakan obat bebas yang mengandung satu atau lebih zat yang berkhasiat
dekongestan, antihistamin, antipiretik, analgesik, antitusif atau ekspektoran.
Pengobatan flu tidak memerlukan antibiotik.
Gejala flu antara lain sebagai berikut :
- Sakit tenggorokan yang diikuti oleh hidung tersumbat, berair, bersin dan batuk
- Menggigil, sakit kepala, lemas, nyeri otot, dan demam ringan
- Gangguan pada hidung terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 dan batuk (tidak selalu) muncul pada hari ke-4 atau ke-5
Penanggulangan Flu
Terapi non obat
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa penyakit flu dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menggunakan obat. Terapi non obat yang dapat dilakukan untuk meredakan gejala flu diantaranya:
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa penyakit flu dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menggunakan obat. Terapi non obat yang dapat dilakukan untuk meredakan gejala flu diantaranya:
- Peningkatan asupan cairan dengan banyak minum air, teh, sari buah. Asupan cairan dapat mengurangi rasa kering di tenggorokan, mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam.
- Istirahat yang cukup.
- Makan makanan bergizi yaitu makanan dengan kalori dan protein tinggi yang akan menambah daya tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak mengandung vitamin.
- Mandi dengan air hangat dan berkumur dengan air garam.
- Untuk bayi, dapat dilakukan dengan membersihkan saluran hidung dengan hati-hati. Pada umumnya, anak dengan usia di bawah 4 tahun tidak dapat mengeluarkan sekret (ingus) sendiri, oleh karena itu membutuhkan bantuan untuk membersihkan hidung. Pada bayi, dapat dilakukan irigasi hidung dengan menggunakan tetes larutan garam isotonik.
Terapi Obat
Apabila penyakit flu tidak membaik setelah pemberian terapi non obat, maka disarankan melakukan terapi obat. Obat flu yang dapat diperoleh bebas bisa merupakan sediaan analgetik/antipiretik tunggal atau kombinasi dengan beberapa zat aktif lain, yang termasuk golongan antitusif, ekspektoran, dekongestan, dan antihistamin. Berikut akan dijelaskan kegunaan masing-masing golongan.
Apabila penyakit flu tidak membaik setelah pemberian terapi non obat, maka disarankan melakukan terapi obat. Obat flu yang dapat diperoleh bebas bisa merupakan sediaan analgetik/antipiretik tunggal atau kombinasi dengan beberapa zat aktif lain, yang termasuk golongan antitusif, ekspektoran, dekongestan, dan antihistamin. Berikut akan dijelaskan kegunaan masing-masing golongan.
1. Analgesik/antipiretik
Antipiretik merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan demam dan biasanya juga mempunyai efek pereda nyeri (analgesik). Antipiretik/analgesik yang biasa digunakan dalam pengobatan flu antara lain parasetamol, ibuprofen, dan asetosal. Obat flu umumnya sudah mengandung antipiretik/analgesik sehingga tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi obat antipiretik/analgesik tunggal bersamaan dengan obat flu yang telah mengandung antipiretik/analgesik, misalnya mengkonsumsi tablet parasetamol bersamaan dengan mengkonsumsi obat lain yang mengandung ibuprofen atau asetosal. Oleh karena itu, perhatikan komposisi zat berkhasiat yang terkandung dalam kedua obat tersebut.
Antipiretik merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan demam dan biasanya juga mempunyai efek pereda nyeri (analgesik). Antipiretik/analgesik yang biasa digunakan dalam pengobatan flu antara lain parasetamol, ibuprofen, dan asetosal. Obat flu umumnya sudah mengandung antipiretik/analgesik sehingga tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi obat antipiretik/analgesik tunggal bersamaan dengan obat flu yang telah mengandung antipiretik/analgesik, misalnya mengkonsumsi tablet parasetamol bersamaan dengan mengkonsumsi obat lain yang mengandung ibuprofen atau asetosal. Oleh karena itu, perhatikan komposisi zat berkhasiat yang terkandung dalam kedua obat tersebut.
2. Dekongestan
Dekongestan merupakan obat untuk mengurangi hidung tersumbat. Dekongestan bekerja dengan cara menyempitkan pembuluh darah di daerah hidung sehingga melegakan hidung tersumbat karena pembengkakan mukosa. Obat-obat yang termasuk ke dalam dekongestan antara lain fenil propanol amin (PPA), fenilefrin , pseudoefedrin, dan efedrin.
Dekongestan merupakan obat untuk mengurangi hidung tersumbat. Dekongestan bekerja dengan cara menyempitkan pembuluh darah di daerah hidung sehingga melegakan hidung tersumbat karena pembengkakan mukosa. Obat-obat yang termasuk ke dalam dekongestan antara lain fenil propanol amin (PPA), fenilefrin , pseudoefedrin, dan efedrin.
Hati-hati penggunaan dekongestan pada pasien hipertensi,
hipertiroid, penyakit jantung koroner, penyakit iskemia jantung, glaukoma,
pembesaran kelenjar prostat, diabetes. Penggunaan pada kondisi tersebut hanya
dilakukan atas saran dokter. Sebelum menggunakan obat ini disarankan untuk
membaca aturan pemakaian pada kemasan obat terlebih dahulu.
3. Antihistamin
Antihistamin merupakan obat yang digunakan untuk mengobati batuk atau pilek akibat alergi. Obat ini efektif untuk pilek yang disebabkan oleh alergi, namun hanya memiliki sedikit manfaat untuk mengatasi hidung tersumbat. Oleh karena itu, pada beberapa produk antihistamin dikombinasikan dengan dekongestan. Beberapa antihistamin yang dapat diperoleh tanpa resep dokter antara lain klorfeniramin maleat/klorfenon (CTM), prometazin, tripolidin, dan difenhidramin. Obat flu yang mengandung antihistamin dapat menyebabkan mengantuk, oleh karena itu, setelah menggunakan obat flu jangan menjalankan mesin atau mengendarai kendaraan bermotor.
Antihistamin merupakan obat yang digunakan untuk mengobati batuk atau pilek akibat alergi. Obat ini efektif untuk pilek yang disebabkan oleh alergi, namun hanya memiliki sedikit manfaat untuk mengatasi hidung tersumbat. Oleh karena itu, pada beberapa produk antihistamin dikombinasikan dengan dekongestan. Beberapa antihistamin yang dapat diperoleh tanpa resep dokter antara lain klorfeniramin maleat/klorfenon (CTM), prometazin, tripolidin, dan difenhidramin. Obat flu yang mengandung antihistamin dapat menyebabkan mengantuk, oleh karena itu, setelah menggunakan obat flu jangan menjalankan mesin atau mengendarai kendaraan bermotor.
4. Antitusif
Antitusif merupakan obat batuk yang bekerja dengan menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk. Zat berkhasiat yang termasuk ke dalam antitusif diantaranya adalah dekstrometorfan HBr, noskapin, dan difenhidramin HCl.
Antitusif merupakan obat batuk yang bekerja dengan menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk. Zat berkhasiat yang termasuk ke dalam antitusif diantaranya adalah dekstrometorfan HBr, noskapin, dan difenhidramin HCl.
5. Ekspektoran
Ekspektoran juga merupakan obat untuk mengatasi batuk dengan meningkatkan sekresi cairan saluran napas, sehingga mengencerkan dan mempermudah pengeluaran sekret (dahak). Cara menggunakan obat yang tepat adalah di samping menggunakan ekspektoran, minum air dalam jumlah banyak untuk membantu mengencerkan dahak dari saluran napas. Zat berkhasiat yang termasuk ke dalam ekspektoran diantaranya gliseril guaiakolat, amonium klorida, bromheksin, succus liquiritiae.
Ekspektoran juga merupakan obat untuk mengatasi batuk dengan meningkatkan sekresi cairan saluran napas, sehingga mengencerkan dan mempermudah pengeluaran sekret (dahak). Cara menggunakan obat yang tepat adalah di samping menggunakan ekspektoran, minum air dalam jumlah banyak untuk membantu mengencerkan dahak dari saluran napas. Zat berkhasiat yang termasuk ke dalam ekspektoran diantaranya gliseril guaiakolat, amonium klorida, bromheksin, succus liquiritiae.
Hentikan swamedikasi dan konsultasikan segera ke dokter,
jika:
- Demam masih timbul selama lebih dari 3 hari setelah pengobatan.
- Sakit di tenggorokan bertambah parah selama lebih dari 2 hari pengobatan dan diikuti gejala lain seperti demam, sakit kepala, mual dan muntah.
- Batuk tidak membaik setelah 7-14 hari mengkonsumsi obat.
- Nyeri otot tidak kunjung hilang atau bertambah parah selama 10 hari (dewasa) atau 5 hari (anak-anak) pengobatan.
KESIMPULAN
Penyakit flu merupakan penyakit yang umum terjadi dan dapat sembuh dengan sendirinya. Gejala flu dapat dikurangi dengan terapi non obat seperti minum air putih yang banyak atau istirahat dengan cukup. Namun, apabila setelah dilakukan terapi non obat, gejala flu tersebut tidak kunjung sembuh dan semakin berat, maka disarankan untuk menggunakan terapi obat. Obat flu pada umumnya mengandung zat aktif golongan antipiretik/analgesik, antitusif, ekspektoran, dekongestan, dan antihistamin. Sebagian produk ada yang mengandung semua zat aktif tersebut atau hanya kombinasi sebagian zat aktif. Sebaiknya jika hendak mengkonsumsi obat flu, perhatikan terlebih dahulu komposisi zat aktif yang terkandung didalamnya dan pastikan bahwa zat aktif yang terkandung sesuai dengan gejala yang dirasakan. Perlu diingat bahwa obat flu hanya meredakan gejala yang timbul dan bukan mengobati, sehingga agar tidak mudah terkena flu disarankan untuk menjaga daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan sehat, berolahraga dan istirahat yang cukup.
Penyakit flu merupakan penyakit yang umum terjadi dan dapat sembuh dengan sendirinya. Gejala flu dapat dikurangi dengan terapi non obat seperti minum air putih yang banyak atau istirahat dengan cukup. Namun, apabila setelah dilakukan terapi non obat, gejala flu tersebut tidak kunjung sembuh dan semakin berat, maka disarankan untuk menggunakan terapi obat. Obat flu pada umumnya mengandung zat aktif golongan antipiretik/analgesik, antitusif, ekspektoran, dekongestan, dan antihistamin. Sebagian produk ada yang mengandung semua zat aktif tersebut atau hanya kombinasi sebagian zat aktif. Sebaiknya jika hendak mengkonsumsi obat flu, perhatikan terlebih dahulu komposisi zat aktif yang terkandung didalamnya dan pastikan bahwa zat aktif yang terkandung sesuai dengan gejala yang dirasakan. Perlu diingat bahwa obat flu hanya meredakan gejala yang timbul dan bukan mengobati, sehingga agar tidak mudah terkena flu disarankan untuk menjaga daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan sehat, berolahraga dan istirahat yang cukup.
Senin, 20 Maret 2017
Istri Harus Taat Suami atau Orang Tua?
Suatu saat, dalam sebuah riwayat
dari Anas bin Malik RA dikisahkan —sebagian ahli hadis menyebut sanadnya lemah—,
tatkala sahabat bepergian untuk berjihad, ia meminta istrinya agar tidak keluar
rumah sampai ia pulang dari misi suci itu. Di saat bersamaan, ayahanda istri
sedang sakit. Lantaran telah berjanji taat kepada titah suami, istri tidak
berani menjenguk ayahnya.
Merasa memiliki beban moral kepada orang tua, ia pun
mengutus seseorang untuk menanyakan hal itu kepada Rasulullah. Beliau menjawab,
“Taatilah suami kamu.” Sampai sang ayah menemui ajalnya dan dimakamkan, ia juga
belum berani berkunjung. Untuk kali kedua, ia menanyakan perihal kondisinya itu
kepada Nabi SAW. Jawaban yang sama ia peroleh dari Rasulullah, “Taatilah suami
kamu.” Selang berapa lama, Rasulullah mengutus utusan kepada sang istri
tersebut agar memberitahukan Allah telah mengampuni dosa ayahnya berkat
ketaatannya pada suami.
Kisah yang dinukil oleh at-Thabrani dan divonis lemah itu,
setidaknya menggambarkan tentang bagaimana seorang istri bersikap. Manakah hak
yang lebih didahulukan antara hak orang tua dan hak suami, tatkala perempuan
sudah menikah. Bagi pasangan suami istri, ‘dialektika’ kedua hak itu kerap
memicu kebingungan dan dilema.
Syekh Kamil Muhammad ‘Uwaidah dalam buku Al Jami’ fi Fiqh An
Nisaa’ mengatakan, seorang perempuan sebagaimana laki-laki, mempunyai kewajiban
sama berbakti terhadap orang tua. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA
menguatkan hal itu. Penghormatan terhadap ibu dan ayah sangat ditekankan oleh
Rasulullah. Mengomentari hadis itu, Imam Nawawi mengatakan hadis yang
disepakati kesahihannya itu memerintahkan agar senantiasa berbuat baik kepada
kaum kerabat. Dan, yang paling berhak mendapatkannya adalah ibu, lalu bapak.
Kemudian disusul kerabat lainnya.
Namun, menurut Syekh Yusuf al-Qaradhawi dalam kumpulan
fatwanya yang terangkum di Fatawa Mu’ashirah bahwa memang benar, taat kepada
orang tua bagi seorang perempuan hukumnya wajib. Tetapi, kewajiban tersebut
dibatasi selama yang bersangkutan belum menikah. Bila sudah berkeluarga,
seorang istri diharuskan lebih mengutamakan taat kepada suami. Selama ketaatan
itu masih berada di koridor syariat dan tak melanggar perintah agama.
Oleh karena itu, kata dia, kedua orang tua tidak
diperkenankan mengintervensi kehidupan rumah tangga putrinya. Termasuk
memberikan perintah apa pun kepadanya. Bila hal itu terjadi, merupakan
kesalahan besar. Pascamenikah maka saat itu juga, anaknya telah memasuki babak
baru, bukan lagi di bawah tanggungan orang tua, melain kan menjadi tanggung
jawab suami. Allah SWT berfirman, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita, oleh karena Allah telah melebihkan se ba hagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita)." (QS an-Nisaa [4]: 34).
Meski demikian, kewajiban menaati suami bukan berarti harus
memutus tali silaturahim kepada orang tua atau mendurhakai mereka. Seorang
suami dituntut mampu menjaga hubungan baik antara istri dan keluarganya.
Ikhtiar itu kini —dengan kemajuan teknologi— bisa diupayakan sangat mudah.
Menyambung komunikasi dan hubungan istri dan keluarga bisa lewat telepon,
misalnya.
Al-Qaradhawi menambahkan, di antara hikmah di balik
kemandirian sebuah rumah tangga ialah meneruskan estafet garis keturunan.
Artinya, keluarga dibentuk sebagai satu kesatuan yang utuh tanpa ada intervensi
pihak luar. Bila selalu ada campur tangan, laju keluarga itu akan tersendat.
Sekaligus menghubungkan dua keluarga besar dari ikatan pernikahan. Allah SWT
berfirman, “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan
manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Mahakuasa.” (QS
al-Furqan [25]: 54).
Ia menyebutkan, beberapa hadis lain yang menguatkan tentang
pentingnya mendahulukan ketaatan istri kepada suami dibandingkan orang tua. Di
antara hadis tersebut, yaitu hadis yang diriwa yatkan oleh al-Hakim dan
ditashih oleh al-Bazzar. Konon, Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah, hak
siapakah yang harus diutamakan oleh istri? Rasulullah menjawab, “(Hak)
Suaminya.” Lalu, Aisyah kembali bertanya, sedangkan bagi suami hak siapakah
yang lebih utama? Beliau menjawab, “(Hak) Ibunya.”
sumber : Republika.co
Rabu , 25 Januari 2017, 15:34 WIB
Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Senin, 09 Januari 2017
Emak
Lebaran ied 2016.... semoga dapat berkumpul kembali dalam keadaan sehat wal afiat tak kurang suatu apa ....Amin
Jumat, 06 Januari 2017
Bridge the nation... jembatan nusantara..
Mendung bulan november mengantung di langit pontianak , gerimis disana sini . Sebenarnya tentu saja ini bukan saat yg tepat utk jalan jalan . Tapi kapan lagi... mumpung masih disini.. Mejeng sejenak sambil nonton ferry bolak balik antar penumpang....
Langganan:
Postingan (Atom)