Kamis, 24 September 2009

Tawakal


Muhammad A Saefulloh - detikRamadan

Jakarta -“dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". (QS Al-Maidah [5] : 23).

Secara etimologi, tawakal adalah mempercayakan, memasrahkan dan menyerahkan permasalahan kepada pihak lain. Tawakal menunjukkan adanya kelemahan dan ketergantungan kepada pihak lain.

Dalam Al Quran, kata tawakal berjumlah 42 dalam segala bentuk, tunggal atau jamak, berkonotasi memasrahkan diri, mempercayakan serta menyerahkan segala permasalahan kepada Allah SWT. Sedangkan secara istilah, Ibnu utsaimin memberikan definisi, tawakal adalah bentuk ketergantungan dan kepasrahan yang benar kepada Allah SWT, sebagai zat yang berkuasa mendatangkan manfaat dan menepis marabahaya dengan senantiasa melakukan ikhtiar (usaha) sebagaimana yang diperintahkan-Nya.

Bertawakal bukan berarti tidak melakukan ikhtiar (usaha), tetapi lebih dari itu, tawakal berarti menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT sembari senantiasa melakukan ikhtiar. Ibnu Qayyim menjelaskan : rahasia dan hakikat tawakal adalah kepasrahan jiwa kepada Allah SWT, karena itu segala bentuk ikhtiar tidak akan ada manfaatnya, jika dilakukan tanpa kepasrahan kepada Allah.

Tawakal kepada Allah, menurut Syeikh Ibnu Taimiyah adalah upaya untuk mendatangkan manfaat dan menepis mudharat. Tawakal menurutnya mempunyai makna lebih luas dari mengharap pertolongan yang dikaitkan dengan amalan. Hakikat tawakal adalah ibadah dan isti’anah (meminta tolong kepada Allah).

Seperti difirmankan Allah, ”Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya.” (QS.Hud [11] : 123).

Bisa juga dilihat dalam (QS Hud [11] :88; Ar-Ra’d [13] :30; Al-Muzammil [73] : 9; Asy-Syura [42] : 10). Jika seseorang bertawakal kepada Allah SWT, Allah akan mencukupkan dirinya dan cukuplah Allah baginya, cukup baginya berarti Allah-lah yang mencukupi (segala sesuatu) bagi dirinya, mencegah datangnya keburukan, mencukupkan yang menjadi keinginan dan menjaganya dari musuh.

Syekh Abu Nashr as-sarraj membagi orang-orang yang bertawakal kedalam 3 tingkatan, yaitu pertama, tawakalnya mukmin, cirinya yaitu melemparkan diri dalam penghambaan, ketergantungan hati dengan Allah dan tenang dengan kecukupan. Jika diberi ia akan bersyukur, jika tidak diberi tetap bersabar dan rela dengan takdir yang telah ditentukan.

Kedua, tawakalnya orang yang khusus, yaitu bertawakal kepada Allah bukan karena Allah, maka sebenarnya ia belum bertawakal kepada Allah sampai ia bertawakal kepada Allah, dengan Allah dan karena Allah. Ia hanya akan bertawakl kepada Allah dalam tawakalnya, bukan karena faktor atau sebab lain.

Ketiga, tawakalnya orang kelas paling khusus (khusshulkhusus), yaitu tawakalnya adalah bergantungnya hati kepada Allah SWT.

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum kita tawakal, yaitu ma’rifatullah (mengenal Allah) dan sifat-sifatnya, melakukan ikhtiar sebagai bagian dari sebab, merealisasikan ajaran tauhid, bergantung kepada Allah, berbaik sangka kepada Allah, menyerahkan hati kepada Allah, dan memasrahkan diri.

Tawakal kepada Allah berarti menggabungkan ilmu hati dan amalan hati. Mengetahui bahwa Allah-lah yang mengdirkan segala sesuatu dan yang mengatur semuanya merupakan ilmu hati. Sedangkan amalan hati hanya bisa dilakukan dengan tenangnya hati kepada Allah, bersandar dan percaya kepada-Nya.

Banyak manfaat dari tawakal kepada Allah SWT, di antaranya yaitu menang melawan musuh (QS.Ali Imran [3] : 173-174 dan QS.Al-Ahzab [33] : 22), mendatangkan kemaslahatan dan menepis kemudharatan serta mendatangkan rezeki dan mempercepat kesembuhan, menguatkan dan memotivasi jiwa, menjaga jiwa dari keterpurukan dan gangguan syaraf, menjauhkan manusia dari putus asa dan frustasi serta dari melakukan bunuh diri.

Jiwa, harta, anak dan keluarga senantiasa terjaga (QS.Yusuf [12] : 67), menumbuhkan semangat dalam hati untuk beramal, membangun mentalitas yang tegar dan mulia (QS.Ali Imran [3] : 173-174), membuka pintu rezeki, mewujudkan kesuksesan, selalu bersama Allah, mendatangkan cinta Allah kepada hamba-Nya, memasukkan pelakunya kedalam surga tanpa hisab, tawakal adalah kehormatan, izzah dan kekayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar