oleh Al Ustadz `Aunur Rofiq bin Ghufron
Fri, 25 Jan 2008 20:04:05 -0800
Meluruskan
kekeliruan imam merupakan kewajiban umat Islam yang berilmu.Kekeliruan imam
dalam sholat tidak hanya berakibat buruk kepada dirinya saja, tetapi akan mewariskan kesesatan kepada umat. Oleh karena
itu wajib bagi kita semua, apabila kita keliru hendaknya bersenang hati untuk
kembali kepada yang kebenaran setelah mengetahui dalilnya. Tidak boleh malu di hadapan manusia hanya karena
takut disalahkan atau gengsi karena kehilangan wibawa. Malu dihadapan Allah
lebih utama daripada malu di hadapan
manusia. Semoga Allah memperlihatkan kepada kita yang haq dan memudahkan
kita untuk menerima dan mengamalkannya. Dan memperlihatkan
kepada kita yang batil dan memudahkan kita untuk
menjauhinya.
Sholat
merupakan ibadah yang paling pokok setelah seseorang berikrar mengucapkan dua
syahadat. Sholat adalah ibadah yang tidak bisa dikurangi atau ditambahi, karena
Rasululloh SAW telah memberi contoh langsung kepada sahabatnya. Para sahabat
telah melihat sholat beliau setiap hari, dari takbir hingga salam. Bahkan
beliau menyuruh umatnya agar mengikuti
sholatnya tanpa menambah atau mengurangi. Rasululloh SAW
berpesan kepada sahabatnya, yang juga untuk semua umatnya :
Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat. (HR
Bukhori: Kitabul Adzan)
Berpijak dengan hadits di atas, maka kita selaku imam wajib
mempelajari
tuntunan sholat sesuai dengan sunnah Rasululloh SAW.
Beberapa Kekeliruan Imam
1. Berpakaian sangat tipis sehingga nampak auratnya. Syaikh
Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin ketika ditanya bagaimana hukumnya seseorang
yang sholat dengan memakai baju luar sangat tipis berwarna putih, tidak memakai
kain dalam, melainkan celana pendek yang menutupi
sebagian paha saja, sedangkan kulit badannya terlihat.
Beliau menjawab: "Jika orang itu memakai celana pendek tidak menutupi
perut sampai lututnya, sedangkan baju luarnya tipis sekali, orang itu pada
hakikatnya belum menutupi aurot, karena istilah menutupi aurot hendaknya
menutupi badan sehingga, tidak kelihatan kulitnya.
Allah berfirman: Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang
indah setiap (memasuki) masjid. (QS
Al-A'rof: 31)".
Rosululloh ketika melihat sahabat Jabir bin Abdulloh datang
kepadanya malam hari lalu dia sholat malam bersamanya, sedangkan waktu itu dia
hanya menyelimutkan pakaian yang sangat sempit sehingga membentuk semua
tubuhnya beliau menasihatinya : "Jika pakaian itu sempit, jadikanlah
sarung (ikatkan kainmu mulai di atas perut sampai ke bawah), jika kainmu luas
sekali, maka selimutkan ke seluruh anggota badanmu". (HR. Bukhari: Kitabus Sholat)
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin berkata: "Ulama'
telah sepakat, bahwa orang yang sholat sedangkan kulitnya kelihatan (karena
pakaiannya yang sangat tipis) padahal ia mampu menutupi
aurotnya dengan pakaian tebal, maka sholatnya tidak
sah." (Lihat Fatwa Manorul Islam 11150)
Imam Syafi'i berkata:
"Jika orang sholat memakai baju tipis sehingga
kelihatan kulitnya, maka tidak sah sholatnya". (Kitab Al-Umm 1/78)
2. Mengenakan pakaian luar yang sangat sempit
Imam
hendaknya mengenakan pakaian yang lapang dan luas (longgar ), tidak boleh
sempit bagian Iuamya, karena akan mengganggu ketenangan dan kekhusyu'an
sholat,bahkan akan membatalkan sholat apabila dia memakai kaos dan celana
sempit,sehingga apabila ruku' dan sujud kelihatan sebagian kulit punggungnya.
Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan berkata: "Barangsiapa sholat memakai
celana sempit (press body), sedangkan dia memakai kemeja pendek, pada waktu
ruku' dan sujud tertarik kemejanya sehingga kelihatan sebagian punggungnya yang
seharusnya tertutup, maka batal sholatnya. Ini adalah dampak buruk dan memakai
pakaian yang diimpor dari orang barat".
(Al-Qoul Mubin Fii Akhthoil Mushollin 28)
3. Mengenakan pakaian bergambar
Hendaknya
pakaian imam bersih dari gambar dan lukisan, agar tidak mengganggu ketenangan
orang yang sedang sholat. Dalilnya: Dari Aisyah dia berkata:Rosululloh memakai
khomishah (baju yang berjahit dengan benang sutra atau bulu binatang) miliknya. Baju itu banyak lukisan dan
gambarnya. Lalu bellau melihat lukisan-lukisannya. Tatkala selesai sholat,
beliau berkata: pergilah dengan membawa baju ini, serahkan kepada Abi Jahm,
katakan bahwa
baju ini tadi mengganggu sholatku, dan bawalah kemari baju
tebal (yang tidak berlukisan dan bergambar) milik Abi Jahm bin Khudzaifah.
(HR.Bukhori: Kitabul Libas)
Dari Anas ia berkata:
'Aisyah mempunyai tabir (yang tipis berwarna lagi penuh
dengan lukisan)dibuat untuk tabir kamar rumahnya. Nabi menyuruh 'Aisyah:
Jauhkanlah tabir ini, sebab gambar dan lukisannya senantiasa mengganggu
sholatku. (HR.Bukhari: Kitabul Libas)
4. Isbal (menutup mata kaki)
Imam
tidak boleh mengenakan pakaian yang terlalu panjang hingga menutupi mata kaki.
Maka hendaknya dia mengenakannya di atas mata kaki atau ditengah betisnya.
Dalilnya: Dari Abu Huroiroh ia berkata:
Tatkala ada seorang laki-laki sholat mengenakan sarung yang
menutupi mata kakinya. Nabi menyuruh dia pergi agar berwudlu. Orang itu pergi
untuk berwudlu lalu datang, beliau menyuruhnva pergi lagi, ada seorang
laki-laki hertanya: "Wahai Rosululloh mengapa engkau perintah dia berwudlu
lagi?". Beliau berpaling, lalu beliau berkata: "Orang itu shalat
tetapi sarungnya menutupi mata kakinya. Sesungguhnya Allah tidak menerima
sholat seorang laki-laki yang musbil (orang yang melakukan isbal - memakai
sarung atau celana yang menutupi mata kakinya).(HR. Abu Dawud Kitabul Libas,
Imam Ahmad, Imam Nasai. Imam Nawawi berkata:"Sanadnya shohih menurut
kriteria Imam Muslim")Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bias Hasan menukll fatwa
dari Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah menjelaskan hadits di atas:
"Maksud hadits ini -wallahu a'lam bishshowab- bahwa
menutupkan sarung sampai mata kaki termasuk perbuatan maksiat, setiap orang
yang melakukan kemaksiatan diperintah agar berwudlu dan sholat, karena wudlu
itu bisa membakar kemaksiatan". (Al-Qoul Mubin Fii Akhthoil Mushollin hal.
37)
5. Merasa paling berhak menjadi imam karena usianya yang
lebih tua
Seseorang
diangkat (dipilih) menjadi imam bukanlah karena usianya, tapi yang paling bagus
lagi tartil bacaan Al-Qur'annya. Dan jika mungkin, yang paling banyak
hafalannya. Dalilnya: Dari Abu Mas'ud Al-Anshory ia berkata: Rasulullah
bersabda:
Hendaklah yang menjadi imam yang pandai bacaan Al-Qurannya.
Apabila mereka sama didalam kepandaiannya, hendaklah yang paling mengerti
sunnah, jika mereka sama dalam pengetahuan sunnahnya, hendaknya yang paling
pertama hijrahnya, jika hijrahnya bersama-sama, hendaknya yang lebih dahulu
masuk Islamnya. Riwayat lain berbunyi: kemudian yang paling tua umurnya".
(HR Muslim: Kitabul Masajid wal Mawadli).
Lembaga Fatwa'Ulama Saudi Arabia berfatwa:
Pilihlah diantara mereka yang paling bagus lagi tartil
bacaannya dan yang paling banyak hafalannya. (Fatawa Lajnah AdDaimah Lilbuhus
Al-Ilmiyah Wal Ifta 7/348)
6. Tidak lancar membaca ayat Al-Qur'an dan tidak faham
tajwid dan makhrojnya.
Imam
hendaknya berusaha untuk mempelajari makhroj dan tajwidul Qur'an,agar bacaannya
benar, dapat menambah kekhusyuan dan tidak meresahkanmakmum disebabkan tidak
benarnya bacaan imam. Nabi bersabda: Orang yang mahir membaca Al-Qur'an
bersama-sama dengan malaikat yang mulia yang baik, dan hiasilah Al-Qur'an itu
dengan suaramu. (HR. Imam Bukhari
Kitabut Tauhid)
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ketika ditanya tentang imam yang
tidak baik bacaan ayatnya, beliau menjawab: "Hendaknya kamu berusaha
menghafalkan surat-surat AlQur'an dengan tajwid dan memperhatikan makhrojnya.
Aku merasa optimis -dengan izin Allah- kamu akan mampu menghafalkannya apabila
ada usaha dan kesungguhan. (Majmu'Fatawa Ibnu Baz 4/393)
7. Tidak memperhatikan jarak sutroh (batas tabir) di
depannya.
Yang
benar, imam hendaknya sebelum bertakbir, berdekatan dengan sutroh (tabir) didepannya.
Dalilnya: Dari Sahl bin Abi Hasmah sampailah berita kepada Nabi , lalu Beliau
berkata: Apabila salah satu diantara kamu akan melaksanakan
sholat menghadap ke tabir (depan), hendaklah dekat dengan tabirnya, syetan
tidaklah mampu
memutus sholatnya. (HR Abu Dawud. Al-Albani berkata: Imam
Hakim menshohihkannya, Imam AdzDzahabi dan Imam Nawawi menyetujuinya). Dalil
jarak antara tempat berdiri Nabi dengan tabir depannya tiga hasta: Bilal
berkata: Selanjutnya Rosululloh sholat, sedangkan jarak antara
tempat beliau berdiri dengan dinding di depannya adalah tiga
hasta. (HR. Imam Ahmad)
Dalil jarak antara tempat sujud imam dengan dinding semisal
berlalunya kambing: Dari Sahl bin Sa'ad ia berkata:
Antara tempat sujud Rosululloh dan tembok semisal tempat
yang bisa dilalui
kambing. (HR Imam Bukhori: Kitabus Sholat)
8. Tidak menghadap lurus ke arah kiblat.
Imam
tidak menghadap kiblat, tetapi serong beberapa derajat ke arah kanan (ke arah
utara), padahal posisi kiblat sudah benar. Yang benar imam lurus menghadap
kiblat. Dari Jabir bin Abdillah ia berkata:
Rosululloh apabila sholat (sunnah) di atas kendaraannya,
beliau menghadap ke mana saja kendaraannya menghadap, tetapi apa bila beliau
ingin menjalankan sholat wajib, beliau turun dan menghadap ke kiblat. (HR Imam Bukhori: Kitabus Sholat)
9. Tidak menghadap kepada makmum untuk meluruskan shof.
Sebelum imam bertakbirotul ihram tidak menghadap kepada
makmum untuk meluruskan shof. Yang benar, sebelum bertakbirotul ihrom hendaknya
imam menghadap kepada makmum untuk meluruskan shof. Dalilnya: Anas bin Malik
berkata: Ketika selesai qomat, Rosululloh menghadap ke arah
kami dengan wajahnya. seraya berkata: Luruskan shofmu,
rapatlah, karena aku melihatmu dari belakang punggungku. (HR Imam Bukhori
Kitabul Adzan)
10. Hanya melihat shot makmum sebelum bertakbirotulihrom.
Yang benar, imam menghadap kepada
makmum dan melihat shof sambil berpesan: sawwu shufufakum (luruskan barisanmu),
tarooshuu (rapatkan shofmu), suddul kholal (rapatkan yang masih renggang) dan
kalimat semisalnya. Dalilnya: Dari Anas bin Malik dari Nabi beliau berkata:
sawwuu shufufakum fa inna taswiyatash shuhuf min iqamatishsholaat (luruskan
shafmu karena lurusnya shof termasuk menegakkan shalat) (HR Bukhori Kitabul
Adzan. Di dalam riwayat Bukhori yang lain, Nabi bersabda: Aqiimuu shufufakum
(luruskan shofmu), tarooshshuu (rapatlah)) . Didalam riwayat Abu Dawud, Nabi
bersabda: Haadzuu bainal manakib (rapatkan antara pundak), suddul kholal
(tutuplah yang kosong).
11. Melafadzkan niat dengan bacaan usholli
Ketika
akan bertakbirotul ihram imam melafadzkan niat (misal : membaca usholli ....
dan seterusnya) bahkan kadang-kadang
mengeraskannya. Niat itu tempatnya dihati, tidak perlu diucapkan dengan lisan,
sebab ucapan yang pertama pada waktu sholat ialah takbir "Allohu
Akbar" sebagaimana sabda Nabi Muhammad:
Dari 'Aisyah, dia berkata: Rosululloh memulai sholatnya
dengan takbir, selanjutnya beliau membaca alhamdulillahi rabbil 'alamin. (HR.
Muslim: Kitabul Sholat)
Imam Nawawi berkata:
"Niat hendaknya hadir bersamaan dengan membaca
takbirotul ihram". (Sifatus Sholatin Nabi oleh Al-Albani: 85). Syaikh
Abdul Aziz bin Baz berkata "Melafadzkan niat ketika akan bertakbirotul
ihrom tidak ada contoh dari Nabi Muhammad, bahkan perbuatan itu termasuk bid'ah".
(Majmu' Fatawa Ibnu Baz 4/202)
12. Berulang-ulang mengangkat kedua tangannya ketika
bertakbirotul ihrom.
Yang
benar mengangkat tangan ketika bertakbirotul ihram hanya sekali,sebagaimana
contoh dari Nabi dan para sahabatnya.Ibnul Qoyyim Aljauzy berkata: "Di
antara macam-macam waswas yang merusak sholat ialah mengulang-ulangi sebagian
kalimat, seperti ketika duduk bertahiyyat membaca at ..at ..attahi
..attahiyatu, pada waktu salam membaca as.. as ..assaa
..assalamu'al dan ketika bertakbir ak ..ak ..ak ..akbar atau
semisalnya. Pengulangan itu pada dzohimya membatalkan sholat. Jika yang
melakukan imam maka dia telah merusak sholat makmum. (Ighotsatu Lahfan Min
Mashoyidis Syaithon 1/158)
13. Bersedekap di atas lambung kiri
Yang
benar adalah bersedekap dengan meletakkan telapak tangan kanan di alas punggung
tangan kiri, atau di atas pergelangan tangan kiri, atau di atas lengan tangan
kiri, lalu diletakkan di atas dada, sedangkan tangan kanan kadang kala
menggenggam tangan kiri dan kadangkala tidak. Dalilnya: Dari Abu Huroirah dia
berkata: Rosululloh melarang meletakkan tangan diatas lambung ketika shalat.
(HR Abu Dawud).
Adapun dalil contoh bersedekap menurut sunnah:
Selanjutnya Rosululloh meletakkan tangan kanannya di atas
tapak tangan kiri, (atau) di alas pergelangan (langan kiri) atau di atas lengan
kiri. (HR Abu Dawud Kitahus Sholal. An-Nasai Kitabul lftitah. Ibnu Hibban di
dalam shohihnya (485) Al-Albani berkata: sanadnya shahih. )
Lalu beliau meletakkan dua tangannya di atas dada,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah didalam kitab shohihnya:
1/54.
14. Membaca AI-Fatihah terlalu cepat, menyambung ayat dengan
ayat yang lain (tidak berhenti setiap ayat).
Yang
benar, imam ketika membaca surat Fatihah atau surat yang lain pada waktu sholat
hendaknya berhenti setiap ayat. Rosululloh memberi contoh kepada sahabatnya
membaca Fatihah ayat demi ayat, membaca Bismalahir Rahmaanir Rahiim lalu
berhenti, Alhamdulillahi rabbil 'alamiin lalu berhenti, Ar-Rahmaanir Rahiim
lalu berhenti dan demikianlah seterusnya. demikian pula bacaan beliau untuk
setiap surat,beliau berhenti setiap pangkal ayat dan tidak menyambungnya.(Lihat
Sifatus Sholatin Nabi oleh Al Albani 96)
15. Membaca robbighfirli seusai membaca Fatihah.
Yang
benar, Imam setelah membaca surat Fatihah dengan jahr, hendaknya membaca aamiin
dengan suara keras pula. Adapun dalilnya sebagaimana point . Adapun membaca
robbighfirli setelah membaca Fatihah termasuk amalan bid'ah.
16. Tidak mengucapkan 'amin' dengan suara keras
Yakni
usai membaca Fatihah pada dua roka'at pertama sholat jahr.Yang benar: ketika
Imam membaca Fatihah dengan suara keras hendaknya membaca aamiin dengan suara
keras. Dalilnya:
Dari Wail bin Hujr ia berkata: Rasulullah apabila selesai
membaca waladh dhaaalliiin, beliau membaca aamiin dengan suara keras. (HR Abu
Dawud: Kitabus Shalat dengan sanad yang shahih)
17. Memanjangkan bacaan takbir
Membaca
takbir intiqol (takbir pada saat pindah gerakan shalat) dengan melantunkan
suara, seperti: ...aaaaallahu akbar atau ...allaaaaahu akbar atau ..aaallaaaaahu
akbaaaaar.
Bacaan takbir yang benar ialah allaahu akbar (huruf lam
jalalah dibaca dua harokat), baik pada waktu takbirotul ihram atau takbir
intiqol, karena bacaan yang seharusnya dibaca pendek lalu dibaca panjang akan
merubah makna. Ibnu Hazm berkata:
"Tidak dibenarkan bagi imam memanjangkan (melanturkan)
bacaan takbir,
tetapi hams mempercepat. Tidak dibenarkan ketika ruku',
sujud, berdiri dan
duduk kecuali harus sempuma bacaan takbirnya". (Al
Muhalla: 4/151)
18. Tergesa-gesa dalam setiap gerakan, sehingga hilang
kekhusu'annya.
Yang
benar setiap gerakan hendaknya disertai dengan tuma'ninah, karena Nabi pernah
menyuruh orang agar mengulangi shalatnya ketika sholatnya terlalu cepat. Beliau
bersabda:
"...maka apabila kamu ruku', letakkan dua tapak
tanganmu di atas dua lututmu, ulurkan punggungmu, kokohkan ruku'mu, jika kamu
mengangkat kepalamu (dari ruku') luruskan tulang rusukmu sehingga kembali
tulang itu kepada persendiannya, jika kamu sujud maka kokohkan sujudmu, jika kamu mengangkat kepalamu (dari sujud)
duduklah di atas pahamu yang kiri,
selanjutnya kerjakan itu semua setiap ruku' dan sujud. (HR
Imam Ahmad:Musnad Al-Kufiyyin)
19. Mengusap wajah dengan tangan setelah mengucapkan salam
Yang
benar, setelah salam tidak mengusap muka dengan tangannya, karena tidak ada
contoh dari Nabi. Syaikh Ibnu Baz ketika beliau ditanya tentang hukum mengusap
muka setelah salam, beliau menjawab:
Tidak ada tuntanannya, tetapi jika mengusap mukanya sebelum
salam hukumnya makruh, karena Nabi ketika salam pada waktu sholat subuh,
dahinya kelihatan bekas tanah basah, karena pada malam harinya turun hujan. Ini
menunjukkan lebih utamanya sebelum salam tidak mengusap mukanya.
(Majmu' Fatawa Ibnu Baz: 4/272)
20. Tidak menghadap kepada makmum setelah salam
Biasanya
imam tetap menghadap kekiblat setelah salam atau menghadap ke utara (arah kanan
kiblat). Yang benar, setelah salam imam boleh menghadap kiblat sebentar saja
untuk istighfar 3 kali dan berdzikir seperti dzikir Nabi dibawah ini:
Dari 'Aisyah dia berkata: Nabi apabila setelah salam, beliau
tidak duduk melainkan kira-kira membaca: "Allaahumma antas Salaam wa
minkas salam tabaarakta dzal jalaali wal ikroom."
(HR Muslim: Kitabul Masajid Wal Mawadli'). Syalkhul Islam
Ibnu Taimiyah berkata: "Tidak layak bagi imam duduk setelah salam
menghadap kiblat melainkan untuk beristighfar 3 kali dan membaca:
"Allaahumma antas Salaam wa minkas salam tabaarakta dzal jalaali wal
ikroom."
(Majmu' Fatawa Ibnu Timiyah 22/505)
Rosululloh apabila selesai salam, mengbadap kepada makmum,
dalilnya: Kemudian beliau salam, lalu beliau menghadap ke arah kami. (HR
Muslim, Kitabul Masajid wal Mawadli')
Beliau duduk lama setelah salam menghadap kepada makmum bila
ada kepentingan, seperti memberi nasihat dll. Dalilnya:
Dari Anas, dia berkata: Rosululloh pernah mengimami kami
pada suatu hari,setelah beliau salam beliau menghadap kepada kita, lalu beliau
memberi nasihat: "Wahai manusia ... "
(HR Muslim Kitabus Sholat).
21. Memimpin dzikir dan membaca Fatihah bersama-sama setelah
salam
Yang
benar, dzikir setelah sholat diakukan sendiri-sendiri bagi yang berhajat.
Lembaga Fatwa `Ulama Saudi Arabia berfatwa:
"Sedangkan petunjuk Nabi bahwa beliau berdzikir dan
berdo'a sendirian,beliau tidak pemah mengomando sahabatnya untuk berdzikir
bersam-sama.Adapun sebagian manusia membaca Fatihah dan do'a bersama-sama
dikamandoi oleh imam setelah shalat termasuk amalan bid'ah."
(Fatawa Lajnah Ad-Daimah Lilbuhus Al-Ilmiyah Wal Ifta'
7/122)
Dikutip dari majalah Al-Furqon Edisi 11 Th. I 1423H hal 11 -
12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar