Praktek mencukur rambut bayi yang
baru dilahirkan sebenarnya bukanlah hanya sekedar tradisi yang sudah
lama melekat di masyarakat, tetapi juga anjuran dan ajaran agama. Tentu
dibalik tradisi mencukur rambut terdapat banyak manfaat, banyak nilai
positif terutama bagi kesehatan bayi.
Tradisi mencukur rambut
bayi merupakan suatu perayaan bagi sebuah keluarga karena hadirnya
sebuah pelita hati, permata baru. Perlu mengundang kerabat dekat,
sahabat atau tetangga untuk ikut menyaksikan kebahagiaan yang dirasakan
keluarga itu sekaligus memberikan nama yang bagus yang bermakna do’a,
agar setiap orang yang memanggil namanya ikut mendo’akan sesuai nama si
bayi. Biasanya acara itu dilakukan dalam acara tasmiyah atau aqiqah
dalam agama islam. Acaranya dikemas dalam bentuk syukuran atau
tasyakuran. Tak jarang sebuah keluarga mengundang grup rebana, marawis,
habsi atau markabanan untuk melengkapi acara aqiqah itu.
Bunyi tabuhan
gendang disertai puji-pujian terus berkumandang sambil mencicipi
hidangan dari tuan rumah. Riuh-rendah suaranya, tapi senandung puji itu
mampu membangkitkan semangat, mampu memotivasi seluruh yang hadir untuk
tetap duduk sampai acara berakhir. Suasana bertambah meriah tatkala sang
ayah keluar dari kamar menuju ruang acara sambil
menggendong si buah hati, di ayun-ayun sebentar, tak lama kemudian
semua hadirin berdiri sambil membaca shalawat nabi yang diunjukkan
kepada nabi Muhammad SAW. Acara cukur rambut bayi
pun dimulai. Orang – orang dekat dan tamu-tamu kehormatan diberi
kesempatan untuk mencukur rambut si bayi. Bayi dibawa memutari para
hadirin untuk dicukur rambutnya, kemudian rambut yang telah digunting
itu dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang berisi air dan beberapa kuntum
bunga..
Praktek
mencukur rambut bayi bukanlah hal langka. Hampir di setiap sudut
wilayah Indonesia mudah ditemukan. Tidak harus mewah, sederhana
sekalipun biasanya tetap digelar, sebab praktek mencukur rambut itu
bersumber dari ajaran agama. Uniknya dalam acara itu disiapkan sejumlah telur rebus yang diberi pewarna merah atau biru ditancapkan pada sebilah bambu yang dihiasi pita berwarna-warni dan di atas bambu dipasang bendera merah. Di tengah-tengah potongan bambu diselipkan
uang kertas dengan nominal paling besar hingga paling kecil ikut
dipasang. Biasanya, usai acara mencukur rambut si bayi, ‘bendera merah
yang ditancapi telor dan uang kertas’ tersebut dibagi-bagikan pada
anak-anak kecil yang turut meramaikan suasana.
Dalam
tradisi Islam, sebelum melakukan acara cukur rambut, bayi yang baru
dilahirkan dikumandangkan adzan pada telinga kanannya dan iqomat di
telinga kirinya agar si bayi kelak dapat mengingat si penciptaNya dan
mengabdi padaNYa. Lalu “tahnik”, yaitu mengusapkan madu pada langit-langit mulut anak. Barulah pada hari ketujuh dari kelahirannya diadakan acara cukur rambut.
Mencukur
rambut adalah sunah rasullulah SAW. Setelah dicukur , rambut ditimbang.
Berat rambut hasil timbangan itu di ukur dengan nilai harga emas saat
itu. Misalkan berat rambutnya ½ gram maka orang tua diharuskan shodaqoh
pada fakir miskin, anak-anak terlantar atau yang berhak menerima
shodaqoh seharga ½ gram emas setelah diuangkan (Shodaqoh berwujud uang).
Setelah penimbangan selesai dan shodaqoh sudah disalurkan, ada beberapa
bayi yang bahkan diplontos kepalanya (dijadikan gundul).
POSITIF DARI SEGI KESEHATAN
‘Velus’
adalah istilah yang digunakan untuk menyebut rambut pertama, rambut di
kepala bayi yang baru lahir. Meski tak bisa digeneralisasi biasanya
rambut ini sangat tipis. Tiap helainya jauh lebih halus dibanding rambut
orang dewasa. Sejak minggu-minggu pertama kelahirannya sampai hingga
dua belas minggu kemudian biasanya velus rontok sedikit demi sedikit
dengan sendirinya. Kendati rontok namun seakan-akan tidak berkurang sama
sekali terhadap jumlahnya, bahkan makin bertambah. Karena kerontokan
itu diikuti pertumbuhan dan perkembangan rambut baru serta perkembangan rambut lama.
Untuk
mencukur rambut bayi memang tidak mengikutkan pertimbangan medisnya,
tetapi melakukan sunnah Nabi Muhammad SAW. Meskipun Nabi mensunnahkan
acara cukur rambut pada hari ketujuh sampai hari keempatbelas dalam
acara aqiqah, tetapi masyarakat kita, ada juga yang melakukan cukur
rambut setelah usia 40 hari. Pilihan waktu agaknya cukup beralasan. Saat
bayi berumur 40 hari, secara fisik kondisi ibu sudah mulai pulih
setelah menjalani proses persalinan yang sangat melelahkan baik fisik
maupun psikis, bahkan masa nifas pun hampir selesai. Bayi juga sudah
cukup “kuat” dan siap untuk bertemu banyak orang.
Ø Membersihkan lemak
Ketika
melewati jalan lahir, saat proses persalinan, banyak lemak dan
“kotoran” (lendir dan darah) yang keluar dari rahim ibu menempel pada
seluruh tubuh bayi. Biasanya di rambut kotoran dan
lemak itu mengikat rambut bayi sehingga kelihatan kaku dan harus
dibersihkan. Tetapi proses pembersihan rambut bayi kadang-kadang tidak
sempurna. Dengan mencukur rambut bayi, sisa-sisa lemak dan kotoran
diharapkan akan ikut terangkat. Belum lagi kotoran yang kerap menempel
setelah bayi lahir, seperti “gumoh” (muntahan air susu yang berlebihan)
di bantal yang kemudian menempel di rambutnya. Dengan dikeramas saja
mungkin tidak cukup hingga tumpukan lemak dan kotoran tersebut harus
dibersihkan dengan cara mencukur rambut.
Ø Kepala Tak Mudah Teriritasi
Kepala
plontos bayi akan memudahkan orang tua terutama ibunya untuk mengamati
kalau-kalau ada sesuatu yang tidak diharapkan, seperti bisul, luka dan
sebagainya. Cukur rambut bahkan menjadi suatu keharusan bila sudah
terjadi infeksi karena bisul misalnya. Untuk mencegah terjadinya infeksi
lebih lanjut dan mempermudah pengobatan, sebaiknya kepala anak dalam
keadaan “bersih” dari rambut alias plontos.
Ø Bersifat Mendinginkan
Bayi-bayi
yang kebetulan tinggal di daerah panas atau suhu udara yang
rata-ratanya tinggi, pasti akan merasa lebih nyaman dengan kepala
plontosnya, apalagi di musim kemarau dengan sinar matahari yang
menyengat. Memutar kipas angin atau AC bukanlah solusi yang baik untuk
mengatasi karena bayi akan mudah menderita masuk angin. Lebih baik
mencari suasana sejuk di luar ruangan dibawah pohon agar angin semilir
menerpa tubuh bayi.
Ø Mempermudah pemberian zat tumbuh rambut
Dengan
kepala plontos, ibu bisa mengupayakan pertumbuhan rambut si bayi agar
lebih sehat dan lebih baik. Juga untuk merawat dan menjaga kulit kepala
tetap bersih dan tetap segar dengan mengoleskan vitamin rambut di kulit
kepalanya, sehingga pertumbuhan dan perkembangan rambut selanjutnya
lebih bagus, sehat dan terawat. Kesehatan rambut terjaga, tidak mudah
patah, tidak kusam dan tidak mudah rontok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar